Komisi I DPR Tepis Mahfud soal Ada Diplomat Titipan Partai
Mahfud MD (Bambang Eros/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Ketua Komisi I DPR RI Meutya Hafid, menepis isu adanya titipan partai berkaitan dengan rekrutmen para diplomat seperti yang disebut Cawapres nomor 3, Mahfud MD dalam debat kedua yang digelar KPU semalam. Menurutnya, hal yang wajar jika memang ada diplomat yang terpilih dari non-diplomat.

"Sistem rekrutmen untuk posisi duta besar dipahami bahwa secara kelaziman sejak lama duta besar itu selain diisi oleh diplomat Kemlu, juga diisi non diplomat karir semisal jurnalis senior, akademisi, pengusaha, politisi. Adam Malik, Ali Sastroamidjojo juga berlatar belakang politik," ujar Meutya dalam keterangannya, Sabtu, 23 Desember.

"Untuk contoh kekinian ada Tantowi Yahya eks dubes kita di Selandia Baru, Heri Akhmadi Dubes kita di Jepang, Lena Maryana di Kuwait, semua ditunjuk Presiden karena dinilai kompeten, dan diberi pertimbangan oleh DPR," sambungnya.

Dalam hal ini, lanjut Meutya, DPR memberikan pertimbangan atas penunjukkan oleh presiden. Sejauh ini, kata dia, duta besar terpilih menjalankan tugasnya dengan baik. Hal itu terbukti dari suara perwakilan Indonesia di PBB yang kerap menuai pujian.

"Duta besar itu ditunjuk oleh Presiden dan jika berkaca kepada peran Indonesia baik di PBB, G20, APEC, Asean dan lainnya, duta besar-duta besar yang ditunjuk berhasil menunjukan kinerja baiknya," kata Meutya.

"Kinerja perwakilan kita di LN maupun di lembaga-lembaga internasional menurut saya tidak menurun justru meningkat baik. Di PBB Indonesia berulang kali ditunjuk baik itu di dewan keamanan ataupun HAM. Suara Indonesia di PBB dikenal lantang dan tegas untuk mendukung Palestina dan isyu lainnya," tambah Legislator Golkar dapil Sumatera Utara itu.

Politisi Fraksi Partai Golkar ini juga menyebut Indonesia mendapat kepercayaan keketuaan ASEAN. Selain itu, dia juga menyinggung suksesnya G20 hingga APEC.

"Di ASEAN saat ini mendapatkan kepercayaan Keketuaan. Tuan rumah pertemuan besar dan strategis sekelad G20, hampir semua negara kecuali Rusia hadir di Bali. Belum lagi di APEC dan lain-lain. Suara lantang Indonesia di Uni Eropa untuk hilirisasi. Itu semua bagian kerja-kerja dari para perwakilan kita di LN, Jadi tidak benar diplomasi kita menurun," pungkasnya.