JAKARTA - Separuh penduduk Gaza kelaparan dan penduduknya sering kali tidak makan sepanjang hari di bawah pemboman Israel terhadap wilayah kantong berpenduduk lebih dari 2 juta orang itu, kata badan PBB pada Selasa.
"Jumlah bantuan yang masuk ke Gaza tidak memenuhi sebagian kecil dari kebutuhan,” kata Program Pangan Dunia (WFP) dalam sebuah unggahan di media sosial X, seperti melansir CNN 20 Desember.
Sementara itu, dalam sebuah wawancara dengan CBC News Kanada pada Hari Minggu, Direktur Regional WFP untuk Timur Tengah, Afrika Utara dan Eropa Timur Corinne Fleischer mengatakan, hanya 10 persen dari kebutuhan makanan untuk Gaza yang masuk ke wilayah tersebut selama 70 hari terakhir.
Dua minggu lalu, WFP memperingatkan 97 persen rumah tangga Palestina di wilayah utara dan 83 persen di wilayah selatan melaporkan konsumsi makanan yang tidak memadai.
Sejak itu, puluhan ribu pengungsi Palestina telah tiba di wilayah paling selatan Gaza, Rafah, untuk mencari perlindungan, menurut Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA).
Pada Hari Selasa, WFP mengirimkan paket makanan kepada 2.350 orang dan makanan panas kepada 1.750 orang lainnya di Rafah, yang telah menjadi daerah terpadat di Gaza, kata OCHA pada Hari Rabu.
"Ribuan orang (di Rafah) mengantre di pusat distribusi bantuan yang membutuhkan makanan, air, tempat berlindung dan perlindungan, di tengah tidak adanya jamban dan fasilitas air dan sanitasi yang memadai di lokasi pengungsian informal dan tempat penampungan sementara," kata OCHA.
BACA JUGA:
Terpisah, Human Rights Watch merilis sebuah laporan pada Hari Senin yang menuduh Israel menggunakan kelaparan sebagai senjata perang di Gaza, dan menyebutnya sebagai "kejahatan perang".
Namun, seorang juru bicara Pemerintah Israel menolak tuduhan tersebut dan menyebutnya sebagai "kebohongan". serta menyalahkan Hamas atas kekurangan tersebut.