Bagikan:

JAKARTA - Seorang dokter di Rumah Sakit Kamal Adwan di Gaza utara mengklaim staf dan pasiennya dianiaya oleh tentara Israel, setelah mereka dibawa dari rumah sakit tersebut ke pusat pemeriksaan militer di dekatnya.

Dokter tersebut, yang menolak disebutkan namanya karena takut akan keselamatannya, mengatakan kepada CNN dalam sebuah wawancara telepon, seperti dikutip 14 Desember, puluhan pria di rumah sakit tersebut telah mematuhi perintah dari militer Israel pada Hari Selasa untuk membentuk barisan di luar fasilitas tersebut.

Mereka kemudian digiring sekitar 500 meter ke tempat yang disebutnya sebagai "kamp penyaringan militer" di daerah Al-Birawi di pinggiran Beit Lahia.

Di lokasi itu, katanya kepada CNN, mereka disuruh melepas pakaian dan diberi baju terusan berwarna biru. Mereka diborgol dan disortir ke dalam kelompok berdasarkan tingkat ancaman yang mereka rasakan, kata dokter.

Tak hanya itu, ia mengklaim para tahanan dianiaya secara fisik dan verbal saat diborgol. Ketika bentrokan terjadi, tentara Israel berlindung di belakang para tahanan, lanjutnya.

Kendati demikian, klaim dokter itu belum dapat diverifikasi.

CNN telah meminta komentar dari Israel Defense Forces tentang bagaimana staf, pasien dan orang lain di Kamal Adwan diproses setelah meninggalkan rumah sakit.

"IDF terus bertindak terhadap benteng Hamas di utara Gaza, di antaranya di wilayah Beit Lahia. IDF mengambil semua tindakan pencegahan yang mungkin dilakukan untuk mengurangi dampak buruk terhadap warga sipil, dan berperang melawan Hamas, bukan terhadap warga sipil di Gaza atau tim medis yang beroperasi di sana. Hal ini sesuai dengan hukum internasional," kata IDF dalam sebuah pernyataan.

Dokter itu menambahkan, setelah beberapa jam, para tahanan – yang berjumlah sekitar 1.000 orang – dibebaskan dan diinstruksikan untuk menuju ke daerah tertentu di Gaza selatan.

Tembakan melukai beberapa anggota kelompok itu, katanya, saat mereka berjalan ke selatan.