Bagikan:

JAKARTA - Pejabat Palestina mengatakan serangan militer Israel menyebabkan dua bayi meninggal dan puluhan lainnya dalam bahaya setelah pemadaman listrik di Rumah Sakit Al Shifa di Gaza, Sabtu, 11 November.

Situasi yang semakin memburuk, membuat otoritas perbatasan Gaza mengumumkan jalur darat Rafah ke Mesir akan dibuka kembali pada hari ini, Minggu, 12 November. Jalur ini sempat ditutup pada Jumat (10/11).

Juru bicara dari Militer Israel, Laksamana Muda Daniel Hagari mengatakan pihaknya akan membantu mengevakuasi bayi yang terperangkap di Rumah Sakit Al Shifa di Gaza.

"Staf rumah sakit Shifa telah meminta agar besok kami membantu bayi-bayi di bagian anak agar bisa sampai ke rumah sakit yang lebih aman. Kami akan memberikan bantuan yang diperlukan," kata Hagari dalam konferensi pers dikutp dari Reuters, Sabtu 11 November.

Pernyataan dari militer Israel itu dinilai para staf medis tidak masuk akal dan sangat membahayakan pasien yang berada di rumah sakit tersebut jika harus dipindahkan. Hal ini belum ditambah suasana yang sangat menakutkan akibat rentetan peluru yang dimuntahkan tentara Israel dalam 24 jam tanpa henti.

"Para pasien bisa meninggal jika dipaksakan harus dipindahkan. Ini benar-benar zona perang, suasana yang sangat menakutkan terjadi di rumah sakit ini. Sekarang terjadi pemboman terus menerus selama lebih dari 24 jam," kata Ahmed al-Mokhallalati salah satu ahli bedah plastik senior di rumah sakit Al Shifa.

Israel sebelumnya mengatakan bahwa para dokter, pasien, dan ribuan pengungsi yang mengungsi di rumah sakit di Gaza harus pergi sehingga mereka dapat menangani kelompok bersenjata Hamas yang dikatakan telah menempatkan pusat komando di bawah dan di sekitar rumah sakit.

Namun pernyataan ini dibantah keras oleh Hamas. Hamas membantah menggunakan rumah sakit tersebut untuk tujuan militernya dan telah meminta PBB dan Komite Palang Merah Internasional untuk mengirimkan misi datang ke Shifa untuk menyelidiki tuduhan Israel

Kepala koordinasi dan penghubung antar lembaga pertahanan Israel, Kolonel Moshe Tetro mengatakan pihaknya tidak pernah ingin membahayakan rumah sakit tersebut. Dia menegaskan saat ini yang ada pertempuran antara tentara Israel dengan tentara Hamas.

"Ada bentrokan antara pasukan IDF (Pasukan Pertahanan Israel) dan teroris Hamas di sekitar rumah sakit. Tidak ada penembakan di rumah sakit dan tidak ada pengepungan,” kata Kolonel Moshe Tetro, Minggu 12 November.

Juru bicara Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan penembakan Israel yang membabi buta telah menewaskan seorang pasien yang sedang dalam perawatan intensif.

Ashraf Al-Qidra, yang mewakili kementerian kesehatan di Gaza mengatakan penembak jitu dari tentara Israel berada di atap gedung dekat rumah sakit menembaki kompleks medis dari waktu ke waktu, sehingga membatasi kemampuan orang untuk bergerak.

“Kami terkepung di dalam Kompleks Medis Al Shifa, dan pendudukan (Israel) telah menargetkan sebagian besar bangunan di dalamnya,” katanya kepada Reuters melalui telepon.

Al Qidra mengatakan saat ini rumah sakit sudah menghentikan kegiatannya setelah penerangan dan listrik mati. Ia menambahkan akibat dari padamnya listrik di rumah sakit berdampak kepada dua bayi meninggal di dalam inkubator dan 45 bayi lainnya dalam keadaan bahaya.

Sementara itu sayap militer Jihad Islam sekutu Hamas, Brigade Al-Quds, mengunggah di media sosial: "Kami terlibat dalam bentrokan dengan kekerasan di sekitar Kompleks Medis Al Shifa, lingkungan Al-Nasr, dan kamp Al-Shati di Gaza." Dan pihak Hamas mengatakan mereka tidak menggunakan rumah sakit untuk tujuan militernya