JAKARTA - Jabatan Presiden Komite Olimpide Tokyo 2020 yang lowong akan segera terisi. Adalah Menteri Olimpiade Jepang Seiko Hashimoto yang disebut siap mengisi posisi yang ditinggalkan oleh Yoshiro Mori tersebut, seperti dilansir Reuters dari Kyodo.
Ini akan menjadi pukulan telak, setelah Yoshiro Mori mengundurkan diri pekan lalu akibat komentar seksisme yang menyebut wanita terlalu banyak bicara. Komentar yang menuai kecaman dari berbagai pihak. Sementara, Seiko sendiri seorang wanita.
Pada awal rapat dewan Olimpiade Tokyo 2020 pada Kamis, Wakil Presiden Toshiaki Endo mengatakan, pernyataan Mori tidak tepat dan presiden baru harus dipilih secepat mungkin.
“Dengan hanya lima bulan tersisa, pengunduran dirinya menimbulkan kerusakan yang tak terlukiskan pada proses persiapan untuk Olimpiade. Saya berharap kita bisa mencapai konsensus tentang calon yang baik untuk menjadi presiden berikutnya pada pertemuan ini," kata Endo.
Kriteria untuk pemimpin baru termasuk pemahaman yang mendalam tentang kesetaraan dan keragaman gender, dan kemampuan untuk mencapai nilai-nilai itu selama Olimpiade, kata penyelenggara.
Legenda hidup
Lahir pada 5 Oktober beberapa hari sebelum Jepang menjadi tuan rumah Olimpiade musim panas 1964, Hashimoto mengambil bagian dalam empat Olimpiade Musim Dingin sebagai speed skater dan tiga Olimpiade Musim Panas sebagai atlet sepeda balap lintasan.
Dalam situs olympic.org, sebagai atlet, Hashimoto tercatat memenangi medali perunggu dari cabang Speed Skating nomor 1.500 meter wanita dalam Olimpiade Musim Dingin 1992 di Albertville, Prancis.
Politisi Partai Demokrat Liberal ini menjabat sebagai Menteri Olimpiade, merangkap Menteri Pemberdayaan Perempuan sejak tahun 2019 lalu. Hashimoto mengatakan kepada wartawan Rabu malam bahwa dia tidak punya apa-apa untuk dikatakan.
BACA JUGA:
Hashimoto mungkin akan digantikan sebagai menteri Olimpiade oleh Tamayo Marukawa, 50, mantan penyiar televisi yang terpilih menjadi anggota majelis tinggi parlemen pada 2007 dan sebelumnya menjabat sebagai menteri Olimpiade selama sekitar satu tahun, kata harian Mainichi.