JAKARTA - Pakar medis kenamaan Jepang memeringatkan penyelenggaraan Olimpiade di tengah pandemi COVID-19 berpeluang besar meningkatkan infeksi. Dan, jika tetap dilaksanakan, melarang kehadiran penonton merupakan pilihan paling tidak berisiko.
Peringatan ini dimuat dalam laporan yang dirilis oleh pakar sekaligus penasihat kesehatan terkemuka Shigeru Omi Jumat 18 Juni. Sebelumnya, ketua panitia penyelenggara Olimpiade Tokyo 2020 mengatakan kepada surat kabar Sankei, rencananya untuk mengizinkan kehadiran hingga 10 ribu orang di stadion.
Jepang diketahui bertekad untuk menggelar Olimpiade Tokyo yang telah tertunda tahun lalu, di tengah kekhawatiran lonjalan kasus infeksi COVID-19 dan mendapat tentangan publik yang kuat, sekalipun penyelenggara sudah melarang penonton dari luar negeri.
Pembatalan tidak mungkin dilakukan, karena akan mahal dampaknya bagi penyelenggara, Pemerintah Tokyo, sponsor dan perusahaan asuransi.
"Acara ini berbeda dari acara olahraga biasa dalam skala dan minat sosial, serta tumpang tindih dengan liburan musim panas. Ada risiko pergerakan orang dan peluang untuk berinteraksi selama Olimpiade, akan menyebarkan infeksi dan membebani sistem medis," tulis laporan tersebut seperti melansir Reuters Jumat 18 Juni.
"Bertahan dengan pertandingan tanpa penonton adalah pilihan yang paling tidak berisiko dan kami pikir itu diinginkan," lanjut laporan tersebut.
Keputusan akhir tentang penonton domestik akan dibuat pada pertemuan yang akan diadakan Senin pekan depan, antara penyelenggara Tokyo 2020, Komite Olimpiade Internasional (IOC), Komite Paralimpik Internasional, Pemerintah Jepang dan Pemerintah Metropolitan Tokyo.
"Saya ingin itu diadakan dengan penonton. Saya berencana untuk menuju pertemuan lima arah dengan pemikiran itu," surat kabar Sankei mengutip Ketua Panitia Olimpiade Tokyo 2020 Seiko Hashimoto dalam sebuah wawancara yang diterbitkan Kamis malam.
Hashimoto mengatakan, saran dari Omi akan menjadi masukan dalam pembahasan dengan IOC dan lainnya pada Senin mendatang.
Sebelumnya, Pemerintahan Perdana Menteri Yoshihide Suga memutuskan untuk melongggar status darurat virus corona di sembilan prefektur, termasuk Tokyo, sambil mempertahankan beberapa pembatasan darurat semu.
Laporan para ahli mengatakan, penyelenggara harus siap bertindak cepat untuk melarang penonton atau menyatakan keadaan darurat lain jika diperlukan. Juga direkomendasikan bahwa jika penonton diizinkan, pembatasan harus ketat, termasuk membatasi mereka untuk penduduk daerah setempat.
BACA JUGA:
Untuk diketahui, Jepang mencatat lebih dari 776.000 kasus infeksi COVID-19 dan lebih dari 14.200 kematian. Sementara, jumlah penduduk yang sudah menerima sedikitnya satu dosis vaksin COVID-19 baru mencapai 15 persen.