JAKARTA - Sekjen DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto buka suara setelah pengakuan mengejutkan yang disampaikan mantan Sekretaris Jenderal Partai Demokrat, Marzuki Alie.
Disebutkan Marzuki bahwa Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), ketua umumnya dulu, mengaku telah membuat Ketua DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri kecolongan dua kali.
"Pak SBY menyampaikan Pak Marzuki, saya akan berpasangan dengan Pak JK (Jusuf Kalla-Red), ini Bu Mega akan kecolongan dua kali ini. Artinya, kecolongan pertama dia (SBY-Red) yang pindah, kecolongan 2 kali dia (SBY-Red) ambil Pak JK (Jusuf Kalla-Red). Pak Marzuki orang pertama yang saya kasih tahu,” cerita Marzuki Alie di akun YouTube Akbar Faizal Uncernsored diintip VOI, Rabu, 17 Februari.
Menurut Hasto, pengakuan kecolongan ini akhirnya membuka mata publik. Berkaca ke belakang pada Pilpres 2004 lalu, SBY tampil seolah-olah sebagai sosok yang dizolimi.
"Seperti tangan Tuhan bekerja bahkan lewat cara yang kadang tak disangka manusia itu sendiri. Mungkin itu pula yang kini dirasakan masyarakat Indonesia ketika seorang Marzuki Alie menyampaikan kisah pengakuan SBY telah membuat Ibu Megawati kecolongan,"
“Terbukti bahwa sejak awal Pak SBY memang memiliki desain pencitraan tersendiri termasuk istilah 'kecolongan dua kali' sebagai cermin moralitas," tegas Hasto dalam pesan elektronik yang diterima wartawan, Rabu, 17 Februari.
BACA JUGA:
Dengan pengakuan ini, Hasto mengembalikan penilaian itu kepada rakyat sendiri. Bahwa citra diri seolah-olah dizolomi pada Pilpres 2004 lalu tidak benar.
"Jadi kini rakyat bisa menilai bahwa apa yang dulu dituduhkan oleh Pak SBY telah dizolimi oleh Bu Mega. Ternyata kebenaran sejarah membuktikan bahwa Pak SBY menzolimi dirinya sendiri demi politik pencitraan," tegas Hasto.
Hasto lantas mengungkit kisah yang disampaikan almahrum Prof. Dr. Cornelis Lay. Sebelum SBY ditetapkan sebagai Menkoplhukam di Kabinet Gotong Royong pimpnan Presiden Megawati Soekarnoputri, ada elit partai yang memepertanyakan keterkaitan SBY sebagai menantu Sarwo Edhie.
"(Sarwo Edhie) dipersepsikan berbeda dengan Bung Karno, dan juga terkait dengan serangan kantor DPP PDI tanggal 27 Juli 1996. Namun sikap Megawati lebih mengedepankan rekonsiliasi nasional dan semangat persatuan," terang Hasto.
Saat itu Megawati berkata bahwa pengangkatan SBY sebagai Menkoplhukam bukan karena menantu dari Sarwo Edhie melainkan karena dia adalah Tentara Nasional Indonesia.
"Ada 'Indonesia' dalam TNI sehingga saya tidak melihat dia menantu siapa. Kapan bangsa Indonesia ini maju kalau hanya melihat masa lalu? Mari kita melihat ke depan. Karena itulah menghujat Pak Harto pun saya larang. Saya tidak ingin bangsa Indonesia punya sejarah kelam," ucap Hasto mengutip pernyataan Megawati yang disampaikan ke Cornelis Lay.