Moeldoko: IKN Butuh Konsep Sistem Pertahanan Cerdas
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko di Hotel Borobudur Jakarta, Kamis 30 November (Istimewa)

Bagikan:

JAKARTA – Kepala Staf Kepresidenan, (KSP) Moeldoko, menegaskan Ibu Kota Nusantara sebagai sentral pemerintahan negara membutuhkan Sistem Pertahanan Cerdas atau Smart Defense.

Terlebih perkembangan teknologi telah menjadikan medan pertempuran semakin komplek, dan wilayah IKN masuk dalam radius tiga kapabilitas militer Amerika Serikat dan Tiongkok.

“Kerawanan IKN menuntut kita untuk mengadopsi konsep pertahanan cerdas,” tegas Moeldoko saat menjadi pembicara pada Forum Diskusi Mewujudkan Pertahanan IKN Nusantara sebagai Center of Gravity Negara, di Hotel Borobudur Jakarta, Kamis 30 November.

Moeldoko menegaskan sistem pertahanan di IKN merupakan subsistem dari sistem pertahanan negara. Untuk itu, kata dia, sistem pertahanan IKN harus disesuaikan dengan ancaman yang dihadapi oleh Indonesia.

Lebih lanjut, Ia mengatakan selama ini ancaman yang dihadapi oleh Indonesia lebih fokus di wilayah Jawa, sehingga kekuatan militer Indonesia juga terkonsentrasi di Jawa.

Namun dengan pemindahan ibu kota negara ke Kalimantan Timur, maka ancaman yang dihadapi oleh Indonesia juga akan bergeser. “Saatnya kita konstruksikan lagi kekuatan militer seperti apa yang perlu kitab bawa ke IKN,” ujarnya.

Menurut Panglima TNI 2013-2015 ini, dalam membangun kekuatan militer harus disesuaikan dengan perencanaan pertahanan. Apakah berbasis ancaman atau kapabilitas.

Pertahanan berbasis ancaman, sambung dia, dilakukan dengan mengidentifikasi potensi lawan, serta menilai kemampuan lawan saat ini dan masa depan.

Hal itu membutuhkan pengembangan kemampuan khusus, pemahaman secara komprehensif terhadap berbagai potensi ancaman, serta desain kebijakan dan strategi untuk membentuk kekuatan pertahanan militer dan non militer.

Meski menjadi dasar pembangunan kekuatan militer, namun Moeldoko menilai pendekatan berbasis ancaman memerlukan anggaran yang sangat besar. “Kalau pakai pendekatan ini habis anggaran,” ucapnya.

Ia pun menilai pembangunan kekuatan militer dengan pendekatan berbasis kapabilitas lebih realistis. Sebab memberikan dasar yang rasional, lebih responsif, berfokus pada tujuan, dan menekankan efisiensi.

“Contoh saya sempat buat komandan aksi gabungan sebuah task force yang kalau kita kerahkan punya fleksibilitas dan kecepatan tinggi, kemampuan tempur dahsyat, serta perlengkapan senjata tidak terlalu mahal,” terangnya.

Pada kesempatan itu, Moeldoko juga mengingatkan pembangunan IKN mengharuskan Indonesia melakukan transformasi gelar kekuatan TNI. Ia mencontohkan pada matra darat. Di mana keberadaan Kodam untuk pertahanan IKN bersifat mendesak.

Posisi IKN yang berada di tengah jalur pelayaran serta memiliki perbatasan darat dengan negara tetangga, menjadikan Nusantara memiliki risiko mengalami agresi serentak dari berbagai medan.

Selain itu, keberadaan satuan Zeni juga dibutuhkan di Kodam IKN untuk menunjang kemampuan operasi perang darat yang lebih adaptif.

“Kita perlu meningkatkan kapasitas instalasi militer yang ada untuk melindungi IKN,” pungkasnya.