JAKARTA - Pemerhati masalah pendidikan asal Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar, DR Hadawiah Hatita mengatakan dunia pendidikan dan pemerintah harus memberikan penghargaan lebih pada guru.
"Hari guru adalah hari yang paling berharga bagi murid dan guru, hari ini membuat kita menyelami kehidupan keilmuan yang kita miliki, dunia pendidikan dan pemerintah harus memberikan penghargaan lebih pada guru," kata Hadawiah menanggapi peringatan Hari Guru Nasional di Makassar, dikutip dari Antara, Minggu 26 November.
Mencermati peran guru, kata dia, seyogyanya jangan membiarkan guru menderita, tidak menerima gaji terutama yang biasa terjadi di pedalaman yang puluhan tahun sudah mengabdi dan tidak diangkat menjadi guru PNS, padahal mereka harus membiayai hidupnya.
Menurut dia, seseorang guru harusnya konsentrasi mempersiapkan materi dan ilmunya untuk dibagi kepada muridnya, namun fenomena di lapangan ia harus bekerja demi memenuhi kebutuhan sehari hari keluarganya.
Karena itu, pemerintah jangan hanya menuntut guru untuk mengajar dengan ilmu yang begitu sama dengan guru di kota kalau perhatian guru di pedalaman dan pesisir tidak sama di kota.
Persoalan guru bukan hanya sampai di situ, kata dia, juga masalah murid dan guru ,ketika murid bermasalah dan guru memberikan hukuman atau sanksi, lagi-lagi guru yang salah di laporkan ke polisi dan hukum menjadi tidak adil terhadap guru.
"Seharusnya mendidik di sekolah itu diserahkan pada guru, tapi ternyata orang tua seringkali tak menerima dan guru menjadi korban," ujarnya.
Mencermati semua fenomena di lapangan, Hadawia mengatakan yang menjadi persoalan disini adalah komunikasi pendidikan yang di dalamnya, ada pemerintah, guru dan orang tua, ketiga komponen ini harus memiliki komunikasi untuk mencegah terjadi masalah dalam dunia pendidikan.
BACA JUGA:
Komunikasi yang baik antara pemerintah, guru dan orang tua akan melahirkan komunikasi efektif, sehingga terjadi sebuah penataan pendidikan yang lebih baik.
Apalagi disadari dunia pendidikan semakin mahal, mungkin memang pembayaran bisa gratis tapi ongkos di luar dari pembayaran itu yang mahal. Banyak masyarakat tidak mampu untuk melanjutkan anak-anaknya bersekolah, karena banyak pembayaran yang ditemui selain dari pembayaran SPP, sehingga membuat masyarakat tidak bisa melanjutkan pendidikan alias putus sekolah.
"Ini yang perlu diperhatikan oleh pemerintah sebagai upaya pencerdasan anak bangsa," kata Hadawia.