Jakarta Dinilai Masih Bisa Kena Banjir Besar
Ilustrasi (Irfan Meidianto/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Pengamat tata kota dari Universitas Trisakti, Nirwono Joga menilai Jakarta bisa mengalami banjir besar seperti yang terjadi beberapa tahun lalu.

Banjir terjadi jika wilayah Jakarta serta Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi, juga mengalami hujan yang bersamaan. Dampaknya, DKI mendapat kiriman air dari hulu. Belum lagi, jika terdapat banjir rob.

"Jika seluruh wilayah DKI hujan deras dan pantai utara Jakarta terjadi air pasang, maka bisa dipastikan Jakarta akan lumpuh karena terjadi banjir besar seperti yang terjadi pada tahun 1996, 2002, 2007, 2013, dan 2017," kata Nirwono kepada wartawan, Selasa, 16 Februari.

Berkaca pada awal Februari, terjadi banjir kiriman, di mana Depok dan Bogor mengalami hujan deras. Sehingga, air yang mengalir ke Kali Ciliwung meluap dan menggenangi permukiman di bantaran kali.

"Artinya, hal ini membuktikan bahwa Pemprov DKI melakukan pencegahan dan penataan kali Ciliwung yang menjadi langganan banjir," tutur dia.

Saat ini, telah ada rencana pembenahan empat kali prioritas yang sudah disepakati antara Pemprov DKI dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Kali tersebut adalah Ciliwung, Pesanggrahan, Angke, dan Sunter.

"Sayangnya, Pak Anies tidak mau melanjutkan. Bisa jadi, sampai dengan 2022 tidak akan dilakukan. Jadi, Gubernur DKI tidak melaksanakan PR-nya dengan baik," ujar Nirwono.

Sebelumnya, Wakil Gubernur DKI Jakarta Riza Patria mengklaim berbagai upaya untuk mengantisipasi banjir cukup berhasil. Buktinya, tidak terjadi genangan yang parah walaupun Ibu Kota terus diguyur hujan deras.

"Kita bersyukur sampai tanggal 13 setidaknya DKI masih dapat mengendalikan pencegahan dan penanganan pengendalian banjir, tidak ada banjir yang signifikan, luar baisa. Kalau pun ada hujan, genangan, itu dalam hitungan jam sudah surut kembali," ucap Riza.

Sejumlah upaya yang sudah dilakukan untuk mencegah banjir antara lain normalisasi dan naturalisasi sungai. Dengan begitu, air bisa surut dengan cepat meski sempat menggenang.

"Selain normalisasi, naturalisasi, kemudian pompa, pembuatan polder dan gerebek lumpur, pengerukan sungai waduk, situ, embung, membuat sodetan, olakan, ini ternyata Alhamdulillah membantu kita semua mengurangi banjir dan cepatnya genangan air turun," papar dia.