Israel dan AS Kembangkan Vaksin COVID-19
Ilustrasi obat-obatan untuk virus corona (pixabay)

Bagikan:

JAKARTA - Ilmuwan dari sejumlah negara bahu-membahu mengembangkan vaksin yang ampuh untuk melawan virus corona atau COVID-19. Salah satu negara yang dikabarkan sudah mengembangkan vaksin corona adalah Israel dan Amerika Serikat (AS).

Mengutip dari The Jerusalem Post, Ilmuwan Israel dikabarkan telah berhasil mengembangkan vaksin untuk melawan virus corona. Vaksin ini bahkan akan selesai dalam waktu dekat. 

“Selamat kepada MIGAL (Institut Penelitian Galilee) atas terobosan yang menarik ini. Saya yakin akan ada kemajuan pesat lebih lanjut, memungkinkan kami untuk memberikan respons yang diperlukan terhadap ancaman global COVID-19," kata  Menteri Sains dan Teknologi Israel, Ofir Akunis, Selasa, 3 Maret 2020. 

Menurut Akunis, sejatinya tim peneliti MIGAL sedang meneliti vaksi IBV untuk melawan penyakit yang menyerang unggas. Namun tim peneliti menemukan potensi lainnya dari produk turunan vaksin IBV untuk menghadapi virus corona atau COVID-19.

Menurut tim peneliti, ada kesamaan genetik virus corona yang menginveksi unggas dengan COVID-19 yang kini mewabah di sejumlah negara. Terkait temuannya ini, tim peneliti sedang berkoordinasi dan menunggu persetujuan in-vivo untuk pengujian dari vaksin IBV tersebut.

“Ini akan menjadi vaksin oral, jadi lebih mudah diakses oleh masyarakat umum. Kami saat ini sedang dalam diskusi intensif dengan mitra potensial yang dapat membantu mempercepat fase uji coba pada manusia dan mempercepat penyelesaian pengembangan produk akhir dan kegiatan pengaturan,” kata CEO MIGAL Galilee Research Institute, David Zigdon. 

Ilustrasi vaksin (PhotoLizM/Pixabay)

Militer AS Juga Kembangkan Vaksin

Hal yang sama juga dilakukan Amerika Serikat (AS) dengan yang turut mengembangkan vaksin corona. Diharapkan vaksin ini dapat selesai dalam beberapa bulan ke depan.

“Laboratorium penelitian militer kami bekerja dengan cepat untuk mencoba membuat vaksin. Jadi kita akan melihat bagaimana penelitian berkembang selama beberapa bulan ke depan," kata Ketua Kepala Staf Gabungan Jenderal Mark Milley. 

Dikutip dari Reuters, Mark Milley mengatakan bahwa diperkirakan perlu waktu satu tahun hingga 18 bulan untuk memiliki vaksin COVID-19 yang sepenuhnya efektif dan dapat digunakan oleh masyarakat luas. 

"Peneliti kami bekerja sangat konsisten, tidak hanya pada vaksin tetapi segala macam hal. Laboratorium kami juga bekerja dalam dukungan langsung dengan layanan kesehatan masyarakat,” tambah Mark Milley. 

Sementara itu Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa ia akan bertemu pengusaha farmasi untuk mempercepat upaya mereka mengembangkan vaksin COVID-19. Para pengusaha farmasi bertemu dengan Presiden Trump dan kabinet untuk rapat membicarakan cara-cara mempercepat pembuatan vaksin. 

Ketika COVID-19 terus menyebar di seluruh dunia, Departemen Pertahanan AS telah berusaha membatasi penyebaran penyakit di jajarannya. Dalam sepekan terakhir departemen telah membatalkan latihan militer bersama dengan Korea Selatan.

Militer AS juga membatasi akses ke area publik di instalasi Angkatan Darat di Italia, dan memerintahkan semua kapal yang telah mengunjungi negara-negara di kawasan Asia Pasifik untuk tetap di laut selama 14 hari. Selain itu, Komando Pusat AS telah memerintahkan semua personel militer di Arab Saudi untuk menghentikan perjalanan tidak penting di wilayah tersebut.