JAKARTA - Sekretaris Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud MD, Hasto Kristiyanto menanggapi santai tudingan kecurangan lewat pakta integritas yang terungkap setelah Pj Bupati Sorong Yan Piet Mosso terjaring operasi tangkap tangan (OTT) KPK.
Diketahui, Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka sempat berkomentar soal temuan pakta integritas itu. Kubu ini menyinggung ternyata TPN Ganjar-Mahfud yang melakukan kecurangan dengan adanya temuan tersebut.
"Nanti akan kita lihat. Karena politik ini kan arus kebenaran, siapa yang melakukan manipulasi akan menuai sesuatu hal yang jauh lebih besar," ucap Hasto saat ditemui di Hotel Sari Pan Pasific, Jakarta, Sabtu, 18 November.
Hasto justru menduga tudingan itu merupakan penggiringan opini. “Itu dilakukan untuk menutupi rekam jejaknya. Sehingga nanti akan ada suatu dialektika yang benar adalah benar," tegasnya.
Hasto menegaskan cara semacam ini tak akan digunakan PDIP maupun TPN Ganjar-Mahfud untuk memenangkan Pilpres 2024. Termasuk menggunakan drama politik seperti kasus Ratna Sarumpaet di Pilpres 2019 lalu.
"Pak Arsjad (Ketua TPN Ganjar-Mahfud MD, Arsjad Rasjid, red) juga menegaskan bahwa no black campaign. Kita tidak mengenal model-model manipulasi drama, dulu ada Ratna Sarumpaet, dan ini kan muncul suatu drama-drama baru," tegas Sekjen PDIP itu.
Menurut Hasto, masyarakat sebagai pemilik suara memiliki integritas dan tak mudah dimanipulasi dengan apapun, termasuk adanya pakta integritas. Sehingga, pihaknya tak pernah menggunakan cara-cara curang tersebut untuk memenangkan Pilpres 2024.
"Kita tidak pernah ada suatu pakta-pakta integritas, karena integritas itu muncul dari kesamaan pikiran dan hati, tidak bisa diucapkan di mulut tapi lain di pikiran, lain di hati, lain diperbuatan," ujarnya.
"Dan integritas tertinggi itu rakyat yang bergerak dengnan suara nurani. Inilah yang diyakini oleh tim pemenangan Ganjar-Mahfud MD," imbuh Hasto.
BACA JUGA:
Diberitakan sebelumnya, Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Koalisi Indonesia Maju (KIM) Nusron Wahid mengatakan, pihak yang selama ini menuding adanya kecurangan dalam proses Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, ternyata pelaku kecurangan tersebut.
Hal itu menanggapi beredarnya pakta integritas yang ditandatangani Penjabat (Pj) Bupati Sorong Yan Piet Moso untuk memenagkan Calon Presiden (Capres) nomor urut tiga, Ganjar Pranowo.
"Jadi selama ini ada pihak-pihak tertentu yang mengatakan pemilu curang, pemilu netral, aparat tidak netral, bahkan dipidatokan waktu pengundian. Kan aslinya ketauan siapa yang ternyata melakukan tindakan-tindakan tersebut," kata Nusron.
Dia lantas menyebut kenyataan itu seperti pribahasa Jawa yaitu becik ketitik, olo ketoro. Artinya perbuatan baik maupun buruk akan ketahuan.
Bahkan, lanjut Nusron, tidak hanya di Sorong saja, ASN di Boyolali pun dikabarkan juga diintimidasi untuk memenangkan capres yang sama.
"Ada di 10 titik yang sudah kita temukan. Ada juga di Jawa Tengah yang lain. Untuk di Kudus misal, kami dapat laporan penggunaan sosialisasi dana cukai juga digunakan untuk kampanye juga ada. Kemudian di Pati juga ada, dari daerah-daerah lain juga ada," ungkapnya.