Pemerintah Indonesia Dinilai Sudah Mainkan Peran Cukup Baik Dukung Palestina
Presiden Jokowi bersama Presideen AS Joe Biden saat membahas konflik Israeel Palestina di Gedung Putih, Amerika (ANTARA)

Bagikan:

JAKARTA - Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar Abdul Rauf Amin mengatakan, pemerintah Indonesia sudah memainkan peran cukup baik, yaitu lewat jalur diplomasi guna menyuarakan penghentian serangan bersenjata terhadap Palestina yang dilakukan Israel.

Menurut Abdul Rauf, Indonesia perlu secara aktif terus mendorong hilangnya agresi militer Israel terhadap Palestina.

“Saya kira Indonesia sudah memainkan peranannya dengan cukup baik. Hal ini ditunjukkan dengan Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia yang sangat lantang di PBB menyuarakan dukungan terhadap kemerdekaan Palestina," kata Abdul dikutip ANTARA, Rabu 15 November.

Lebih jauh Abdul Rauf mengatakan, ada banyak cara untuk menyatakan keprihatinan, dukungan, dan solidaritas kepada Palestina.

Abdul Rauf menekankan bahwa konflik tersebut perlu dilihat dari perspektif kemanusiaan. "Mengenali tragedi ini melalui kacamata kemanusiaan, berarti kita sebagai warga negara Indonesia yang mayoritas beragama Islam bisa menunjukkan kepeduliannya terhadap siapa pun yang menjadi korban, terlepas apa pun bangsa atau agamanya," ujar Abdul.

Dikatakan, sebagai seorang muslim yang baik, umat harus memiliki kepedulian yang tidak hanya kepada sesama muslim, tetapi juga kepada siapa pun yang dipersekusi dan dizalimi.

Dukungan moral maupun materi, lanjut Abdul, harus digaungkan dengan cara yang tepat.

Ada beberapa pihak yang menunjukkan keprihatinannya dengan cara unjuk rasa. “Selama ini dilakukan dengan bijak, tentu tidak ada salahnya. Namun, menurut saya, cara yang lebih efektif adalah bagaimana kita selaku negara Indonesia mengaktifkan jalur diplomasi yang kita miliki," katanya.

Abdul tidak melihat ada efektivitas dari pemboikotan terhadap produk-produk yang dianggap berafiliasi dengan Israel.

Menurut dia, pemboikotan serampangan justru akan merugikan masyarakat Indonesia sendiri.

"Misalnya, sebagai seorang muslim yang berdagang, saya punya minimarket atau supermarket. Seandainya umat Islam juga memboikot barang yang menjadi dagangan saya, berarti itu sebenarnya tidak memboikot Israel, dia memboikot saya dan merugikan saya. Bila diteruskan, hal itu menjadi kontraproduktif," kata Abdul Rauf.

Pemboikotan paling efektif, ujar dia, sebaiknya dilakukan sebelum barang yang terafiliasi dengan Israel itu masuk ke Indonesia.

Pemerintah Indonesia dapat mengambil sikap, misalnya, dengan menutup impor produksi dari Israel jika masih menyerang Palestina.