JAKARTA - Calon presiden (capres) Ganjar Pranowo mengunjungi tokoh Nahdlatul Ulama (NU) Mustofa Bisri atau Gus Mus di Pondok Pesantren (Ponpres) Raudlatut Thalibin, Kelurahan Leteh, Rembang, Jawa Tengah, pada hari ini, Senin, 13 November.
Ganjar menyebut banyak hal yang dibahas secara enteng dalam pertemuan itu. Salah satunya, terkait putusan Mahkamah Konstitusi (MK) tentang syarat batas usia capres-cawapres.
Adapun dalam pertemuan itu hadir juga Nawawi Cholil atau Mbah Wi dan menantu Gus Mus, Wahyu Salvana atau Gus Wahyu.
"Kalau sama Abah (Gus Mus, red) itu cerita yang lucu-lucu, cerita yang menceritakan situasi-situasi yang kekinian dan enteng-enteng saja,” kata Ganjar dikutip dalam keterangannya, Senin, 13 November.
Ganjar mengatakan pertemuan ini sudah ditencanakan sejak lama setelah dia purna tugas sebagai Gubernur Jawa Tengah. Namun, baru bisa dilakukan karena terkendala waktu dan agenda.
“Saya susul tapi tidak ketemu juga, lalu dititipkan salam ke keponakannya dan disampaikan kepada saya. Nah, baru kemudian jadwalnya saya sowan hari ini alhamdulillah bisa bertemu,” ungkapnya.
Selain ngobrol, Ganjar dan Gus Mus juga makan siang bersama. Dia disuguhkan berbagai menu makanan seperti oseng cumi, telur dadar, tahu, capcay, udang, sambal terasi, hingga sayur asem.
Pertemuan kemudian ditutup dengan doa. “Kita hanya diskusi saja sih, saya didoain. Didoain yang baik-baik,” tegas politikus PDIP itu.
Diketahui, sejumlah tokoh bangsa juga sowan ke kediaman Gus Mus pada Minggu, 12 November. Saat itu mereka menyampaikan permasalahan bangsa menjelang bergulirnya Pemilu 2024.
"Kita ke Gus Mus untuk sowan, tapi juga berbagi rasa,” ujar sastrawan sekaligus jurnalis senior Goenawan Mohamad.
Goenawan menilai kepercayaan pada sesama itu sangat tipis lantaran banyak sekali kebohongan. Penyebabnya karena kesetiaan, suara, hingga kedudukan bisa dibeli.
BACA JUGA:
Situasi ketidakpercayaan antarwarga, kata Goenawan, kian menjadi menjelang Pemilu. Apalagi setelah adanya kontroversi terkait konstitusi.
“Menjelang pemilu dan pilpres menurut saya makin mencemaskan karena aturan bersama mulai dibongkar bahkan dirusak. Terjadinya skandal di MK (Mahkamah Konsitusi) menunjukkan itu,” ujar Goenawan Mohamad saat itu.