Bagikan:

JAKARTA - Ketua DPR RI ke-15 Marzuki Alie mengatakan langkah Jokowi memajukan putra sulungnya sebagai calon wakil presiden Prabowo Subianto merupakan hal yang sudah sewajarnya sebagai orang tua. Namun menjadi ramai disebabkan kepentingan politik di pilpres yang akan datang.

Pria asal Palembang ini mengaku bukan pendukung Jokowi mengatakan sangat memahami apa yang sedang dipikirkan seorang Jokowi terhadap putra sulungnya. Dan menurut Marzuki, langkah Jokowi akan sama dengan orang tua lainnya, hanya caranya saja berbeda.

"Semua orang tua yang berada pada posisi yang sama, nyatanya melakukan praktek yang sama. Ini ramai karena kepentingan politik pilpres, dan menjadi massive karena ada kekuatan yang berkolaborasi ingin menjatuhkan Jokowi. Saya bukan pendukung Jokowi, tapi saya paham dan sangat mengerti apa yang dipikirkan dari seorang Jokowi terhadap anak turunannya, sama seperti orang tua lainnya. Hanya caranya saja yang berbeda," kata Marzuki Alie kepada VOI melalui pesan tertulisnya, Sabtu 4 November.

Marzuki yang memiliki putra menceritakan kisah anaknya setelah menyelesaikan kuliahnya di Australia sempat membuatkan perusahaan kecil namun di tengah jalan kandas disebabkan tidak ada preferensi apapun. Namun Marzuki tetap merasa bahagia karena putranya berminat untuk menjadi pengajar di kampus swasta di Palembang.

"Mungkin saya yang salah lahirnya, anak-anak tidak ada menikmati kemewahan apapun, pulang dari Australi, saya kasih perusahaan kecil, logistik, yang akhirnya bangkrut karena tidak ada freferensi apapun. Tidak juga untuk masuk politik. Tapi karena bapaknya rektor, saat ini, dia menikmati menjadi dosen. Itu saja kebahagian saya," kata Marzuki Alie.

Kembali ke soal Gibran, Marzuki mengimbau kepada semua masyarakat di Indonesia untuk tidak menutup pintu demokrasi untuk putra sulungnya, Jokowi.

"Maunya sekelompok masyarakat, yang tidak suka, gibran tidak boleh berbisnis, tidak boleh masuk politik, artinya disuruh menjadi pengangguran, ini artinya kita telah menutup ruang demokrasi bagi gibran. Juga mematikan demokrasi," tandasnya.