Bagikan:

DENPASAR - Bakal capres Ganjar Pranowo mengaku terharu dengan kesolidan kader PDIP di Bali. Saat Jokowi datang ke Gianyar, warga memilih tetap di rumah.

"Saya dengar dari cerita warga," kata Ganjar dalam Obrolan Santai (Obras) bersama Ganjar Pranowo di kantor DPD Partai PDI Perjuangan Bali, di Kota Denpasar, Kamis, 2 November.

“Warganya mengunci diri tidak mau keluar rumah, ada apa? Saya dengar, diminta untuk keluar rumah, tidak mau. Baru saya tahu bagaimana perasaan warga saat itu, wah terharu, saya terharu, terharu, dan mau di rumah saja. Ini rasa bapak- ibu, ini rasa yang ada," ungkapnya.

Tak ada penjelasan soal alasan mengapa warga yang dimaksud Ganjar. 'menutup pintu' rumah saat Jokowi datang. Tapi bagi Ganjar ini adalah modal sosial besar.

"Maka saya sampaikan inilah modal sosial kita sebenarnya kalau PDI Perjuangan bersama rakyat benar-benar sungguh indah. Kalau istilah kita, kalau kita tertawa menangis bersama itu hari ini muncul, hari ini muncul.  Ayo kita jaga ketenangan. Tapi itulah kita tetap jaga kondisi agar semua menjadi kondusif," ujarnya.

Sementara itu mantan Sekretaris DPD PDIP Bali sekaligus anggota Komisi VI DPR I Nyoman Parta mengatakan warga tak menyambut kedatangan Jokowi seperti biasa.

"Saat Bapak Jokowi datang. Masyarakat di sana bukan menutup pintu, masyarakat di sana tidak keluar. Apa yang menyebabkan mereka tidak keluar, kenapa mereka tidak menyambut presiden, saya tidak tahu," ujarnya.

Saat disinggung pemicu kondisi ini karena pencopotan baliho Ganjar-Mahfud dan bendera PDIP, Parta tak mengetahuinya.

“Intinya saat itu sepi,” kata dia.

Sementara, Ketua Dewan Pertimbangan DPD PDIP Bali I Nyoman Adi Wiryatama juga mengatakan pilihan warga tidak keluar merupakan hak warga itu sendiri.

"Itu kan warga sah-sah saja. Sekarang masyarakat sudah cerdas. Masyarakat sudah lebih cerdas dari kita elite partai ini, maksudnya sudah bisa membaca situasi. Perasannya dia gimana," ujarnya.