JAKARTA - Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini mengungkapkan permasalahan kesulitan air bersih di Dukuh Tondowesi, Dusun Klitih, Kecamatan Plandaan, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, dipicu dari sumber air memiliki kadar kapur tinggi.
Selain memiliki kadar kapur tinggi, sumber air yang digunakan masyarakat juga miliki kadar garam tinggi, sehingga dibutuhkan sumber air bersih yang baru.
"Airnya yang disana dites ternyata kadar kapur dan garam tinggi, itu bahaya. Gampang kena gagal ginjal dan bayi kalau dari ibunya hamil bisa rusak otaknya. Karena itu kita akan pindah cari airnya. Tadi di atas ketemu sumber air mudah-mudahan bisa, tetapi dalamnya 120 meter," ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin 30 Oktober, disitat Antara.
Mensos bahkan bercerita pernah ke daerah Tulungagung dan mendapati banyak anak-anak yang sakit. Setelah diusut ternyata sumber air yang dipakai warga memiliki kadar logam yang tinggi.
Mensos menjelaskan tidak masalah sumber air yang jauh dari warga dibandingkan dengan ancaman penyakit jika tetap menggunakan air yang tidak sehat.
"Nanti juga ada air yang siap minum, tetapi di masjid itu bisa mengambil. Kalau di rumah atau di tandon itu enggak siap minum. Kalau siap minum semua jaringan pipanya berat. Mudah-mudahan bisa cepat," tuturnya.
Selain pengeboran sumber air, Kemensos juga menyiapkan pompa air untuk mengaliri ke tandon air yang telah disiapkan. Kemensos melalui Sentra Terpadu Prof. Dr. Soeharso Surakarta memberikan bantuan Atensi air bersih dan tandon air bersih sebanyak 10 unit dengan kapasitas 2.200 liter per unit.
"Nah, pompanya juga harus cukup besar untuk membawa ke lokasi tong-tong yang sudah kita siapkan. Nanti sisanya baru naik ke tandon di atas, tetapi pertama prioritas adalah tandon yang di bawah untuk kita aliri dulu," ujarnya.
Masalah kekeringan menjadi langganan setiap tahun bagi warga Dusun Klitih. Masyarakat terpaksa menggali di antara bebatuan dan kubangan air yang ada di sungai desa setempat yang sudah mengering.
BACA JUGA:
Sementara itu, Kepala Dusun Klitih Ali Ta'in menyebutkan kekeringan yang dialami Dukuh Tondowesi yang paling parah. "Memang di sini setiap kemarau pasti kekurangan air, tetapi tahun ini paling parah. Di sini yang terdampak kurang lebih 115 KK," kata Ali.
Dia mengatakan kekeringan mulai dirasakan warganya sejak Juni dan warga mulai mencari air di sungai yang kering.
Puji Rahmiwati (32), warga Dukuh Tondowesi menjelaskan kekeringan terparah dirasakannya sejak awal Oktober. Dirinya juga terpaksa mencari air bersih ke sungai yang berjarak 100 meter dari rumahnya
"Kalau kekeringan ya cari di sungai digali. jarak ke sungai 100 meter. Kadang digali ada satu meter baru ada air. Kalau kering, digali lagi," jelasnya.
Puji yang berprofesi sebagai buruh tani itu menjelaskan kekeringan juga berdampak pada penghasilannya, karena tanamannya rusak.
Tidak hanya di Jombang, Kemensos juga telah memberikan bantuan air bersih di berbagai wilayah Indonesia yang terdampak El Nino seperti Gunung Kidul, Kabupaten Bogor dan wilayah bencana kekeringan lainnya.