Bagikan:

LEBAK - Satu keluarga di Kabupaten Lebak, Banten terdiri dari ayah dan lima anaknya mengalami kebutaan pada kedua mata sehingga mendambakan bantuan untuk memenuhi ketersediaan pangan.

"Semua gejala kebutaan yang menimpa suami dan lima anak saya itu belum diketahui penyebab penyakitnya, namun diawali kepala pusing," kata Wina (65), ibu dari keluarga yang terkena musibah kebutaan, ANTARA, Minggu, 29 Oktober.

Menurut Wina, dirinya memiliki sembilan anak, namun lima anak mengalami kebutaan terdiri dari Rohimi (50), Hindun (40), Maesaroh (35), Junaedi (34) dan Kokom (27), termasuk suaminya Rohimi (70).

Sedangkan, kata dia, tiga anaknya yang lain Maryati (45) Jajuli (38) dan Siti (30) tidak mengalami kebutaan.

Saat ini, kelima anaknya itu juga sudah membangun rumah tangga masing-masing. Dengan kondisi saat ini mereka tidak bisa bekerja.

"Kami tentu kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga, karena pendapatan usaha buruh di kebun tidak menentu. Namun, beruntung terbantu untuk ketersediaan pangan melalui program keluarga harapan (PKH) yang digulirkan pemerintah," kata Wina.

Wina mengatakan awalnya gejala kebutaan itu menimpa pada suaminya Rusmani tahun 2010, kemudian tahun 2011 anak pertama Rohimi.

Selanjutnya, Hindun dan Maesaroh 2014 dan 2015, juga Kokom 2018 dan terakhir Junaedi tahun 2020.

Kemungkinan besar penyakit kebutaan yang menimpa suami dan lima anaknya itu cukup permanen dan tidak bisa diobati, karena sudah menjalani pengobatan di RSUD Adjidarmo Rangkasbitung, namun tidak ada perubahan.

Bahkan, Hindun dilakukan operasi mata di RSCM Jakarta, namun tidak sembuh penglihatannya itu.

"Kami kini pasrah dengan kondisi seperti itu dan setiap hari kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pangan, bahkan terkadang makan nasi dengan daun melinjo dan daun singkong sebagai lauk pauknya," katanya menjelaskan.

Rohimi mengatakan gejala awal yang dirasakan adalah sakit kepala cukup parah tahun 2010 saat bekerja di Jakarta, juga terkadang jika kepala pusing dibenturkan ke tembok tidak terasa sakit.

Selain kepala sakit parah juga diikuti dengan mata berair dan pandangan kabur.

Namun demikian, dirinya pada tahun 2011 tidak bisa melihat hingga sekarang.

Beruntung, kata dia, dirinya menggantungkan hidup ke istrinya yang kini menjadi buruh cuci di Jakarta.

"Kami berterima kasih juga kepada pemerintah daerah yang bisa menjalani pengobatan di rumah sakit,namun tidak sembuh dengan alasan sudah menyerang bagian saraf," katanya menjelaskan.

Sementara itu, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak dr Firman Rahmatullah mengatakan pihaknya sudah membawa ke rumah sakit hingga operasi mata di RSCM Jakarta, namun kini semua berada di Kampung Cipasung Warunggunung.

"Memang, insiden kejadian itu terasa berbeda waktu dan tempat," katanya.