Bagikan:

JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan gempa magnitudo (M) 5,3 Waingapu, Nusa Tenggara Timur (NTT) dipicu deformasi batuan dalam Lempeng Indo-Australia.

"Dengan memerhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi menengah akibat adanya deformasi batuan dalam Lempeng Indo-Australia yang tersubduksi," kata Kepala Pusat Gempa bumi dan Tsunami BMKG Daryono di Jakarta Jumat 27 Oktober, disitat Antara.

Ia mengungkapkan, episenter gempa bumi terletak pada koordinat 9,78 Lintang Selatan (LS) dan 120,17 Bujur Timur (BT), atau tepatnya berlokasi di darat pada jarak 16 km arah barat daya Waingapu, NTT.

Hasil analisis mekanisme sumber, lanjut dia, menunjukkan gempa memiliki mekanisme pergerakan turun atau normal fault.

Ia mengatakan, gempa yang terjadi pada pukul 14.49 WIB, Jumat 27 Oktober itu, dirasakan di daerah Waingapu dengan skala intensitas III-IV MMI (modified mercally intensity).

Artinya pada siang hari, lanjut dia, dirasakan oleh orang banyak dalam rumah, di luar oleh beberapa orang, gerabah pecah, jendela/pintu berderik dan dinding berbunyi.

Gempa juga dirasakan di daerah Waitabula, Waikabubak, dan Bima, dengan skala intensitas II MMI (getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang).

Daryono menyampaikan, hingga pukul 15.12 WIB, hasil monitoring BMKG belum menunjukkan adanya aktivitas gempa bumi susulan (aftershock).

Ia mengimbau kepada masyarakat agar menghindari dari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa.

"Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal anda cukup tahan gempa ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum anda kembali ke dalam rumah," tuturnya.

Selain itu ia mengimbau agar masyarakat tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.