Gempa Garut Dipicu Deformasi Lempeng Indo-Australia
Tangkapan layar - Peta pusat gempa M5,6 di di wilayah Samudera Hindia selatan Jawa Barat, Kamis (19/10/2023). (ANTARA/HO-BMKG)

Bagikan:

JAKARTA - Badan Meteorologi Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan, gempa berkekuatan magnitudo 5,6 di wilayah Samudera Hindia selatan Jawa Barat dipicu aktivitas deformasi batuan dalam Lempeng Indo-Australia.

"Gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat adanya aktivitas deformasi batuan dalam Lempeng Indo-Australia yang tersubduksi ke bawah Lempeng Eurasia," kata Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono dikutip ANTARA, Kamis, 19 Oktober.

Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault).

"Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami," katanya.

Hasil analisis BMKG juga menunjukkan gempa bumi ini memiliki parameter update dengan magnitudo M5,4, dengan pusat gempa terletak pada koordinat 8,11 lintang selatan dan 107,27 bujur timur, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 121 barat daya Kabupaten Garut, Jawa Barat pada kedalaman 57 km.

Gempa yang terjadi pada pukul 21.08 WIB itu berdampak dan dirasakan di daerah Garut, Pangandaran, Cianjur, Cilacap, Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Cikelet dengan skala intensitas III MMI (modified mercally intensity), artinya getaran dirasakan nyata dalam rumah, terasa getaran seakan akan truk berlalu.

Gempa juga dirasakan di daerah Lembang, Bandung, Parompong, Bogor, Cireunghas dengan skala intensitas II MMI (Getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang).

"Hingga pukul 21.40 WIB, hasil monitoring BMKG belum menunjukkan adanya aktivitas gempa bumi susulan (aftershock)," katanya.

Terkait