Badan PBB Lumpuh karena Kekurangan Bahan Bakar di Gaza, Israel Tuding Hamas Lakukan Penimbunan hingga Pencurian
Ilustrasi truk bahan bakar diizinkan masuk Jalur Gaza. (Twitter/@ShehabAgency)

Bagikan:

JAKARTA - Badan bantuan PBB untuk Palestina mengatakan pada Hari Kamis, operasionalnya lumpuh lantaran kekurangan bahan bakar, namun Israel bilang pasokan ada tapi dikuasai Hamas.

Direktur Komunikasi Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB (UNRWA) Juliette Touma mengatakan, pihak tersebut akan terpaksa menghentikan operasinya sama sekali jika bahan bakar, yang penting untuk menghasilkan listrik bagi rumah sakit, tidak dapat disalurkan pada Hari Kamis.

"UNRWA terus berjuang dengan persediaan bahan bakar yang sangat terbatas dan semakin menipis. Penjatahan pengiriman terus berlanjut, termasuk ke fasilitas medis dan toko roti. UNRWA lumpuh karena kurangnya pengiriman bahan bakar ke Jalur Gaza," kata Touma dalam sebuah pernyataan kepada CNN, seperti dikutip 27 Oktober.

Badan PBB tersebut memperingatkan sehari sebelumnya, mereka akan kehabisan bahan bakar pada akhir Rabu.

Di sisi lain, Israel mengatakan persediaan masih ada. Israel Defense Forces (IDF) mengatakan, masalahnya bukan pada kurangnya bahan bakar di Gaza, namun masalahnya ada di tangan Hamas.

Juru bicara IDF Letkol Jonathan Conricus mengatakan kepada CNN pada Hari Kamis, ada "antara 800.000 dan mungkin lebih dari satu juta liter bahan bakar dari berbagai jenis yang disimpan di dalam Gaza" di bawah kendali Hamas, menurut perkiraan intelijen militer Israel.

"Sebagian ditimbun sebelumnya, sebagian dicuri dari PBB, sebagian lagi dicuri oleh Hamas dari vendor swasta," katanya, sementara CNN tidak dapat memverifikasi secara independen jumlah bahan bakar di Gaza.

Terkait itu, juru bicara UNRWA lainnya Tamara Alrifai mengatakan, sebagai badan kemanusiaan, mereka tidak boleh meminta-minta bahan bakar.

"Apakah ada sumber bahan bakar lain di Gaza atau tidak, tidak ada hubungannya langsung dengan kami, kami adalah lembaga manusia dan kami tidak boleh meminta bahan bakar untuk memenuhi kebutuhan operasional," jelasnya.

Dengan cepat habisnya persediaan bahan bakar, UNRWA terpaksa mengambil keputusan sulit pengalihan listrik antara toko roti dan bangsal rumah sakit, dengan lebih dari 600.000 orang kini mengungsi, bergantung pada sepotong roti setiap hari, tambah Alrifai.