YOGYAKARTA - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X meminta pengelolaan pertanian di wilayahnya mulai berorientasi memenuhi kebutuhan industri, sehingga memberikan nilai tambah bagi produk pertanian.
"Semua sudah proses industri, bukan seperti sekian puluh tahun lalu yang hanya disediakan untuk kita makan," kata Sultan HB X dalam Rapat Koordinasi Daerah (Rakorda) Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) DIY, di Yogyakarta dilansir ANTARA, Selasa, 24 Oktober.
Menurut Sultan, tanpa memiliki orientasi industri maka pengelolaan pertanian akan terus-menerus menghadapi masalah fluktuasi harga yang sulit dikendalikan.
Masyarakat, khususnya petani, menurut dia, perlu memiliki perubahan pola pikir sebagai bagian penyedia pangan termasuk untuk kebutuhan industri, bukan sekadar sebagai masyarakat agraris yang bertani untuk memenuhi kebutuhan stok pangan seperti zaman dahulu.
"Selama kita tidak berpikir bahwa kita telah memasuki industrialisasi, kita tidak akan pernah punya nilai lebih," kata dia.
Untuk itu, Sultan menuturkan diperlukan pengaturan pola tanam bahan pangan pokok yang memiliki harga jual relatif mahal guna turut mendukung kepentingan industrialisasi.
Upaya tersebut juga diperlukan sebagai salah satu strategi pengendalian inflasi pangan.
VOIR éGALEMENT:
Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) DIY dan TPID kabupaten/kota se-DIY, menurut Sultan, harus bersinergi, berdialog bersama para petani terkait rencana pengaturan pola tanam itu.
Menurut dia, pengaturan pola tanam juga bertujuan untuk menjaga agar ketersediaan produk pertanian bisa terus berkelanjutan.
"Kita bisa mengatur pola tanam pada bahan pangan pokok bernilai ekonomi tinggi, entah itu cabai rawit, cabai keriting, bawang merah, beras dan sebagainya. Produk-produk itu bagian dari produk industri. Dulu memang bukan bagian industri, tapi sekarang kan bisa jadi bahan produk industri," kata dia.