JAKARTA - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) belum menemukan black box Sriwijaya Air SJ-182 dengan jenis cockpit voice recorder (CVR). BLack box ini merekam percakapan antara pilot dan kopilot selama penerbangan berlangsung.
Ketua Subkomite Investigasi Kecelakaan Penerbangan KNKT, Nurcahyo Utomo menyebut saat ini pihaknya masih melakukan pencarian CVR di sekitar perairan Pulau Lancang.
Pencarian lanjutan black box CVR setelah operasi SAR gabungan ditutup ini telah dilakukan sejak 22 Januari lalu, namun masih belum ditemukan. Soerjanto mengungkapkan kesulitan pencarian karena diduga CVR tertimbun lumpur.
"Dugaan kami, si CVR ini terdendam di bawah lumpur. Sehingga, penyelam akan menggali, mencari manual, di wilayah yang telah dikotak-kotakkan," kata Nurcahyo dalam konferensi pers virtual, Rabu, 10 Februari.
Karena itu, KNKT mencoba menggunakan alat peniup lumpur untuk memudahkan pencarian black box CVR dalam pencarian sejak kemarin.
"Kemarin kita sudah tiup pagi, namun penyelam datangnya sore. Sehingga, pagi ini baru bisa penyelam lihat lagi hasil ditiup, dan kondisinya baik, Jadi, memang sudah mulai terlihat bagian-bagian di area yang sudah ditengarai," jelasnya.
BACA JUGA:
Jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182 dengan rute Jakarta-Pontianak diawali dengan hilang kontak di Kepulauan Seribu tak lama setelah lepas landas dari Bandara Soekarno Hatta pada Sabtu, 9 Januari 2020.
Selanjutnya, pihak otoritas memastikan jika pesawat itu jatuh di sekitar Pulau Laki dan Pulau Lancang, Kepulauan Seribu sekitar pukul 14.40 WIB.
Ada pun jumlah penumpang yang ikut dalam penerbangan nahas tersebut terdiri dari 56 penumpang pesawat dan 6 awak pesawat.
Black box FDR Sriwijaya Air SJ-182 ditemukan pada tanggal 12 Januari 2021 oleh tim SAR gabungan. Saat itu, FDR langsung dibawa ke KNKT untuk diunduh datanya. Data yang berhasil diunduh mencakup 370 parameter, selama pengoperasian kira-kira 27 jam. Di dalamnya, mencakup 18 penerbangan, termasuk penerbangan yang mengalami kecelakaan.