TANGERANG – Banyak orang mengantungkan hidupnya melalui judi. Bahkan tak jarang, cerita seseorang yang mengalami penderitaan akibat kecanduan judi online. Seperti Indra, warga Tangerang yang ‘habis-habisan’ karena kecanduan judi online.
Indra, bukan nama sebenarnya. Pria 27 tahun itu ingin disamarkan identitasnya. Tapi, Indra mau berbagi pengalaman agar masyarakat tidak terjebak judi online dan pinjaman online (pinjol).
Indra mengaku, dirinya mulai bermain judi sejak duduk di bangku sekolah tingkat menengah. Dulu, judi yang dimainkannya jenis convesional, model lama. Tapi karena era digital berkembang, judi online pun dicobanya.
Indra sebelumnya adalah karyawan di Alfamart. Dia pernah menjual rumah orangtuanya di kawasan Karawaci, Kota Tangerang karena terlibat pinjol. Hasil jual rumah untuk menutupi utang pinjol dan bank keliling. Itu karena efek main judi online.
Indra mengaku dirinya mencoba judi online sejak tahun 2014, jenis pertandingan sepak bola saat itu.
“Iya, jadi (judi) bola. Dari yang kecil-kecilan sampai besar, tinggal milih saja. Saya main Rp500 ribu awalan,” kata Indra kepada VOI, Kamis, 13 Oktober.
Tak puas di satu jenis permainan, Indra merambah jenis permainan casino, dan togel online. Taruhannya tergolong besar, mencapai Rp5 juta.
“Kalau main dulu sudah ‘gila-gilaan’. Sekali main Rp5 juta. Mau lipat ganda uang,” akunya.
Soal menang atau kalah, bagi Indra itu adalah biasa. Namun ia selalu berusaha agar setiap permainan yang diikutinya selalu menang, agar modalnya bisa kembali.
“Pas kalah, posisi lagi habis-habisan. Terus rasanya kesel kalau ada pertandingan tidak ikut main. Saya sampai pinjam bank keliling dengan jaminan rumah orang tua Rp100 juta,” ucapnya.
“Pokoknya kalau minjam Rp100 juta jadi Rp120 juta. Nah kalau saya lewat (telat bayar) nambah terus tuh Rp5 juta per 2 minggu,” ungkap Indra.
Namun siapa sangka, rencana yang ia pikirkan matang-matang ternyata meleset. Indra kalah dan harus mengembalikan pinjaman bank keliling.
Karena uang pinjaman dari bank keliling habis, dan tidak ada pemasukan, maka Indra menghindar dari tagihan.
Bahkan, ia rela keluar dari pekerjaannya agar debt collector tidak datang ke kantornya.
“Pilih kabur-kaburan tuh, nginep di rumah temen-temen,” ucapnya.
BACA JUGA:
Dalam situasi yang tidak baik, Indra masih berani meminjam uang melalui pinjol di sejumlah aplikasi.
“saya pinjam di 3 aplikasi (pinjol). Sekitar Rp500 ribu sampai Rp1 juta,” pungkasnya.
Lagi-lagi, pada saat jatuh tempo Indra pilih menghilang. Teman-teman Indra jadi sasaran Debt Collector.
“Saya cantumin nama teman-teman di kontak darurat. Terus saya bilang. Kalau ditagih bilang saja saya sudah mati,” kelakarnya.
Indra menjadi sasaran debt collector dari sejumlah aplikasi pinjol. Bahkan debt collector bank keliling pun mencari Indra karena utangnya sudah mencapai ratusan juta, tepatnya Rp170 juta untuk satu penyedia. Indra akhirnya dicari preman.
“Ada satu moment dia (debt collector) pakai preman, terus berpapasan dengan saya. Pusing tuh. Saya bilang minta waktu untuk bayar, saya mau jual rumah,” imbuh Indra.
Tidak ada pilihan bagi Indra, rumah orang tua satu-satunya aset yang bisa dimanfaatkan olehnya. Indra mencoba negosiasi anggota keluarga, sang ibu dan kakaknya yang ada. Karena bapaknya sudah meninggal.
Dengan alasan ingin keluar dari lubang hitam dan ingin hidup tentram, pilihan menjual rumah diambil. Sang ibu pun tidak tega melihat anaknya jadi buruan debt collector dan preman, juga kakak Indra yang tidak tega melihat adiknya menderita.
Sampai akhirnya orang tua Indra menjual rumahnya di Karawaci, Tangerang untuk menutupi utang-utang anaknya.
“Kakak saya izinin, karena dia juga baik sama saya. Ibu saya ingin tinggal dekat (dengan anak) jadi setuju-setuju saja. Iya agar tidak berisik (diganggu debt collector),” pungkasnya.
Rumah berhasil dijual dengan harga Rp700 juta. Indra membayar utang-utangnya.
“Saya bayar bank keliling Rp175 jutaan. Tidak tahu deh hitungannya bagimana. Pokoknya yang penting lunas. Sisanya, saya beli rumah di Parung, Kabupaten Tangerang,” lanjutnya.
BACA JUGA:
Kata Indra, ada beberapa pinjol yang tidak dibayarkan sepenuhnya. Sebab, lanjut Indra, debt collector sudah kehilangan jejak, semenjak rumah dijual.
“Tidak pernah ditagih-tagih lagi. Mungkin mereka datangi rumah yang lama. Orangnya sudah beda. Kalau tagihnya ke temen sih, bodo amat,” celetuknya sambil tertawa.
Tak lama setelah pindah rumah, kakak kandung meninggal dunia. Indra kini tinggal berdua dengan ibunya yang sudah berusia 64 tahun.
Indra menyadari apa yang dilakukannya sudah membuat kacau, galau dan bermasalah. Judi online dan pinjol membuat batinnya tertekan. Beruntung ibunya sangat mengerti dan membantu agar semua masalah hilang.
Saat ini Indra bekerja sebagai admin di salah satu jasa ekspedisi. Dia dipercaya oleh sahabatnya untuk kerja di tempatnya.
“Alhamdulillah sekarang sudah kerja, diajak teman. Buat kasih ibu sudah bisa,” kata Indra yang mengaku sudah mengurangi judi online.
“Kalau berhenti belum. Tapi. Kalau kurangin iya. Sekarang duit saya kasih ibu saja,” tutupnya.