KUPANG - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengingatkan masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman bencana kekeringan hingga akhir Oktober 2023.
"Diperlukan kewaspadaan terkait ancaman bencana kekeringan karena berpengaruh ke sektor pertanian dan ketersediaan air tanah," kata Kepala Stasiun Klimatologi Kelas II NTT, Rahmattulloh Adji, dikutip ANTARA, Rabu 4 Oktober.
Ancaman kekeringan itu berkaitan dengan prakiraan peluang curah hujan pada sebagian besar wilayah di NTT yang sangat rendah atau kurang dari 20 mm per dasarian dengan peluang lebih dari 90 persen.
Kondisi ini diprakirakan terjadi pada Dasarian I Oktober atau tanggal 1 sampai 10 Oktober 2023, sedangkan dasarian II yakni tanggal 11 sampai akhir Oktober 2023.
Peringatan ini telah disampaikan BMKG lewat Peringatan Dini Kekeringan Meteorologis di NTT update 30 September 2023.
Dari data analisa Dasarian III September 2023 tercatat di beberapa wilayah NTT mengalami Hari Tanpa Hujan (HTH) berturut-turut lebih dari 31 hari hingga lebih dari 60 hari.
Atas analisis data itu BMKG melihat perlunya peningkatan kewaspadaan terhadap ancaman kekeringan pada Oktober 2023.
Ia menyebut wilayah NTT memang masih berada pada musim kemarau dan ada peluang masuknya musim hujan yang terlambat atau bergeser ke bulan November-Desember.
Berdasarkan peringatan dini yang ada, Kecamatan Fatuleu di Kabupaten Kupang dan Kecamatan Golewa di Kabupaten Ngada mendapatkan status Waspada curah hujan rendah pada Dasarian I dan II Oktober 2023.
BACA JUGA:
Selanjutnya ada 42 kecamatan yang tersebar pada 17 kabupaten di NTT yang berstatus Siaga curah hujan rendah. Pada 42 kecamatan itu hari tanpa hujan diprakirakan lebih dari 31 hari.
"Waspada dan antisipasi kekurangan air pada saat musim kemarau ini serta kebakaran hutan dan lahan," ucap Adji.