Bagikan:

JAKARTA - Pandemi Virus Corona yang sudah berlangsung lebih dari setahun, telah memaksa banyak hal dalam keseharian di hidup manusia berubah. Termasuk yang berubah adalah tradisi mudik warga China saat Tahun Baru Imlek.

Tradisi tahunan dimana ratusan juta orang di China melakukan perjalanan mudik pulang kampung, atau sekadar liburan saat Imlek dipastikan tidak bisa dilihat tahun ini, lantaran adanya pembatasan perjalanan dan penguncian wilayah.

Migrasi tahunan para pekerja China merupakan yang terbesar di dunia. Roda ekonomi yang terdampak dari tidak adanya tradisi mudik ini pun terasa terkena imbasnya, seperti bisnis penerbangan, perjalanan kereta api, hingga bisnis oleh-oleh.

Namun, di tengah situasi ini ada pula bisa yang mengalami pertumbuuhan signifikan, yakni jasa pesan antar dan pengiriman makanan. Ya, bisnis ini menjadi salah satu yang mengalami pertumbuhan, setelah permintaan untuk pengiriman makanan meningkat pesat.

Tradisi mengantar dan berbagi makanan saat Imlek yang biasanya dilakukan secara langsung, kini menggunakan jasa pengiriman makanan. Ya, masyarakat China mengandalkan jasa pengiriman makanan untuk menjembatani jarak dengan keluarga. 

Warga Beijing Wang Hui telah menerima daging sapi kering buatan sendiri, kelinci goreng, tahu pedas, dan daging babi asap yang dibeli ibunya secara online untuknya, setelah dia memutuskan untuk tidak mengunjungi Kota Asalnya di barat daya Chongqing.

delivery makanan
Ilustrasi. (Carl Campbell/Unsplash)

“Di matanya, saya selalu kekurangan makanan. Liburan tahun baru adalah waktu yang sangat spesial sehingga dia harus memastikan saya memiliki makanan yang saya suka, yaitu makanan rumahan,” kata Wang, 27 tahun, yang bekerja di sebuah perusahaan internet seperti melansir Reuters.

Belum usainya pandemi COVID-19 membuat Pemerintah China mencegah perjalanan liburan Imlek 2572. Namun lewat layanan pengiriman makanan, masyarakat China tetap bisa merakan Imlek bersama keluarga mereka. Langkah ini sekaligus diharapkan bisa memulihkan kembali sektor ekonomi, setelah bisnis restoran dan hotel terpukul pandemi.

Situs e-niaga dan online mendapat keuntungan karena penjualan makanan melonjak 40% selama festival belanja dari 20 Januari hingga 3 Februari, dibandingkan periode Tahun Baru Imlek terakhir," sebut televisi negara CCTV seperti dilansir Reuters.

Pesanan makanan dan minuman telah melonjak menjelang liburan tahun ini, misalnya situs e-niaga dan ritel seperti JD.Com, Pinduoduo, dan JD Daojia dengan JD.com menandai lonjakan item antara kota-kota besar dan wilayah yang lebih kecil.

"Setelah tahun yang sulit karena pandemi, orang kemungkinan besar akan bersedia berbelanja secara royal pada makanan sebagai kenyamanan dan hadiah," kata Imogen Page-Jarrett, seorang analis dari Economist Intelligence Unit.

“Konsumen akan memandang penting untuk mengirim hadiah, termasuk makanan, kepada kerabat mereka, meskipun mereka tidak dapat kembali secara langsung," imbuhnya.

Pekerja kota mengirim barang-barang masakan lokal dan kebutuhan pokok seperti beras dan minyak goreng untuk keluarga, sementara orang tua mengirim makanan kampung halaman untuk anak-anak di kota.

"Tidak pulang saat Tahun Baru, orang tua saya mengirim barang untuk 'Festival Musim Semi'," telah menjadi topik trending di aplikasi media sosial milik China, Weibo.

Beijing telah menjadi tujuan utama untuk memesan makanan di daerah terpencil. Menu Favorit tahun ini adalah Tepung Akar Teratai West Laku dari Kota Hangzhou, Sosis Merah dari Harbin, bahan-bahan hot-pot dari Sichuan, hingga bola daging sapi tradisional Chaosan.