JAKARTA - Seorang pembantu dekat Jair Bolsonaro mengatakan kepada polisi, mantan Presiden Brasil itu bertemu dengan perwira senior militer tahun lalu untuk membahas intervensi militer, guna membatalkan hasil Pemilu setelah ia mengalami kekalahan, menurut surat kabar O Globo dan situs berita UOL.
Mantan ajudan Bolsonaro, Mauro Cid, bulan ini setuju untuk bekerja sama dengan Polisi Federal, yang sedang menyelidiki kemungkinan kejahatan yang dilakukan mantan presiden tersebut, mulai dari penggelapan hingga menghasut para pendukungnya untuk melakukan kerusuhan pada Bulan Januari di ibu kota Brasilia. Polisi merahasiakan kesaksian Cid saat mereka menyelidikinya.
Menurut laporan Hari Kamis, yang tidak mengutip sumbernya, Cid diduga mengatakan kepada polisi bahwa Bolsonaro telah menghubungi komandan angkatan bersenjata tentang rancangan keputusan untuk membatalkan pemilu, melansir Reuters 22 September.
Pengacara Cid tidak segera menanggapi permintaan komentar atas laporan tersebut. Sedangkan Polisi Federal mengatakan mereka tidak mengomentari penyelidikan yang sedang berlangsung.
Terpisah, pengacara Bolsonaro membantah tuduhan tersebut dalam pernyataannya.
"Selama pemerintahannya, (Bolsonaro) tidak pernah mendukung gerakan atau proyek apa pun yang tidak didukung undang-undang," kata pengacara Bolsonaro.
Sebelumnya Hakim Mahkamah Agung Alexandre de Moraes awal bulan ini mengesahkan kesepakatan kerja sama antara Cid dan polisi,membebaskannya dari penjara sejak Mei ketika ia ditangkap sebagai bagian dari penyelidikan atas dugaan pemalsuan kartu vaksinasi COVID-19.
BACA JUGA:
Diketahui, Bolsonaro dituduh melakukan gerakan penolakan hasil Pemilu yang berpuncak pada penyerbuan gedung-gedung pemerintah di Brasilia pada 8 Januari oleh ribuan pendukungnya. Dia telah dilarang mencalonkan diri hingga tahun 2030 oleh Pengadilan Pemilu federal Brasil.