JAKARTA - Kasus perundungan atau bullying yang menimpa lima bocah perempuan yang diduga dilakukan pelajar Mts Al Wathoniyah, Cilincing, Jakarta Utara, telah mengakibatkan korban trauma kembali bersekolah. Ternyata korban dipaksa berdamai, alasannya agar nama sekolah tidak tercoreng.
Mawar (nama samaran) selaku kakak korban mengatakan kondisi adiknya hingga saat ini memburuk. Bahkan kerap mengeluhkan kesakitan pada bagian kepala.
“Kondisi korban, malah makin memburuk, nggak mau sekolah. Semakin diem. Kalau ditanya kepalaku sakit. Terus dia maksa untuk pindah sekolah. Aku nggak mau sekolah di situ,” kata Mawar saat dihubungi VOI, Sabtu, 15 September.
Ia juga menerangkan penyebab adiknya tidak ingin bersekolah yang diduga kekecewaan adiknya dengan sikap pihak sekolah yang tidak ingin bertanggung jawab atas tindakan muridnya.
Lebih lanjut, Mawar menjelaskan setelah kasus perundungan yang diduga dilakukan lima orang terduga pelaku terhadap adiknya, pihak sekolah hanya memaksa berdamai, alasannya agar sekolahnya tidak tercoreng.
“Kita suruh nulis tanda tangan. Kalau saya bakal cabut berita yang viral itu, cuma saya nggak mau. Ibu saya dipaksa oleh sekolah untuk tanda tangan untuk perjanjian damai,” ucapnya.
Dihubungi terpisah, pihak staf sekolah Mts Al Wathoniyah terkait perundingan tersebut. Ia membenarkan adanya kasus tersebut.
Ia menyebut kasus ini telah selesai secara kekeluargaan antara kedua belah pihak. Ia juga memastikan tidak ada paksaan dalam perdamaian tersebut.
“Iya (tidak pemaksaan). Secara kekeluargaan aja antara kedua belah pihak,” tutupnya.
BACA JUGA:
Sebelumnya diberitakan, lima siswi di SMP Al Wathoniyah, Cilincing, Jakarta Utara mengalami perundungan (bully) hingga pemukulan oleh teman-temannya. Akibatnya, korban tidak mau datang ke sekolah, dan menjadi penakut untuk bertemu orang lain.
Informasi menyebut, korban mengalami perundungan oleh teman-teman kelasnya selama satu tahun, sejak dia kelas 7 hingga kelas 8 SMP. Korban diejek memiliki kulit hitam.
“Dibully secara fisik, karena kulitnya hitam dikata-katain gitu kurus hitam. Yang tadinya kekerasan verbal, sampai dilempar botol, dilempari tas,” kata sumber saat ditemui VOI, Jumat, 15 September.
Singkat cerita, korban dan temannya membalas ejekan teman sekelasnya, pada Rabu, 6 September lalu. Balasan korban ke pelaku justru membuat masalah baru.
Berdasarkan video yang diterima VOI, para terduga pelaku menginterogasi korban dan teman-temannya soal perkataannya.
“Di situ terjadi, dipukul, ditendang. ‘Ayo ribut’. Cuma karena korban pendiam, mereka diam aja tuh. Temannya korban, M perutnya dipukul ditonjok. Jadi F (pelaku) datang sama temannya. Eksekutornya F, teman-temannya merekam,” ucap kakak korban.
Korban tidak berani melaporkan peristiwa yang dialaminya ke guru atau kepala sekolah. Dia justru bercerita ke keluarganya. Akibat dari peristiwa korban mengaku mengalami trauma hingga ingin pindah sekolah.