KLHK Pulihkan Ekosistem yang Rusak Akibat Karhutla di Gunung Bromo
Api membakar hutan dan lahan (karhutla) di kawasan Gunung Bromo terlihat dari Pos Jemplang, Malang, Jawa Timur, Selasa (12/9/2023/ANTARA FOTO/Muhammad Mada/aww.

Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) terus berupaya memulihkan ekosistem tumbuh dan satwa yang rusak akibat insiden kebakaran hutan dan lahan di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), Jawa Timur.  

Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Satyawan Pudyatmoko mengatakan kegiatan pemulihan ekosistem dapat dilakukan melalui mekanisme alam, rehabilitasi, atau restorasi.    

"Bentuk pemulihan ditentukan dengan hasil kajian terhadap beberapa komponen, di antaranya kondisi awal hutan, status keanekaragaman hayati, struktur vegetasi, kondisi klimatologi, ketersediaan pohon induk, wilayah jelajah satwa liar serta potensi gangguan terhadap hutan," ujarnya dilansir ANTARA, Kamis, 14 September.

Satyawan mengungkapkan areal yang terbakar di kawasan TNBTS didominasi oleh ekosistem savana dengan berbagai jenis rerumputan dan terdapat pohon yang tersebar tidak merata.

KLHK melakukan pemulihan melalui mekanisme alam dengan meningkatkan kegiatan patroli pengamanan kawasan serta pemantauan titik api.

Adapun untuk wilayah-wilayah tertentu dengan dominasi pohon dilakukan rehabilitasi berupa penanaman pohon dengan jenis asli TNBTS, yaitu cemara, kesek, dan putihan. 

"Rancangan kegiatan pemulihan ekosistem segera dimulai, sehingga pelaksanaan kegiatan pemulihan ekosistem di lapangan bisa segera dilakukan," kata Satyawan.

Waktu yang dibutuhkan untuk pemulihan suatu ekosistem tergantung pada bentuk ekosistem awal.

Semakin tinggi indeks keanekaragaman hayati, maka semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk pemulihan ekosistem karena ekosistem dengan indeks keanekaragaman hayati yang tinggi memiliki jumlah jenis hayati yang tinggi dengan sistem interaksi antar jenis dan antara jenis dengan lingkungan non hayatinya yang lebih kompleks.

 

Apabila membandingkan ekosistem savana dengan ekosistem hutan dengan tegakan yang rapat, jelas Satyawan, maka kemungkinan ekosistem savana membutuhkan waktu yang relatif lebih cepat dalam pemulihan dibandingkan dengan ekosistem hutan.

"Kegiatan pemulihan ekosistem dengan cara mekanisme alam dan rehabilitasi dapat mempercepat pemulihan ekosistem di areal yang terbakar di wilayah TNBTS," papar Satyawan.

Pada 6 September 2023, kebakaran hutan dan lahan terjadi di Blok Savana Lembah Watangan atau Bukit Teletubbies di wilayah TNBTS akibat percikan api suar saat sesi foto pra-nikah.

Meski sudah memasuki hari kesembilan, namun api masih menyala membakar hutan dan lahan TNBTS karena cuaca panas dan angin kencang.

Direktur Pengelolaan Kawasan Konservasi Jefry Susyafrianto mengatakan tim lapangan masih berusaha menurunkan jumlah dan besaran api. Bahkan, beberapa tahapan pendinginan juga memerlukan waktu.

"Seperti kemarin setelah padam dan dalam proses pendinginan, kemudian angin bertiup kencang dan bara yang masih ada dari semak-semak menyala kembali menjadi api," pungkas Jefry.