Bagikan:

JAKARTA - Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di DKI Jakarta dan Jawa Barat dianggap menunjukkan perkembangan setelah tiga minggu dilaksanakan. Melihat kondisi ini, Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 menilai seluruh daerah harusnya bisa mencontoh dua provinsi ini.

Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito memaparkan, setidaknya ada empat indikator penilaian yaitu kasus aktif, kesembuhan, kematian dan keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR). 

"Provinsi DKI Jakarta, tren kasus aktif memperlihatkan penurunan, di mana dua minggu sebelumnya menunjukkan tren kenaikan," katanya seperti dikutip dari keterangan tertulis kepada wartawan, Jumat, 5 Februari.

Dia memaparkan, hasil pengamatan pada minggu terakhir Januari atau per tanggal 31 Januari 2021, angka kasus aktif di DKI Jakarta mencapai 8,78 persen dari 9,85 persen. Angka ini dapat berkurang karena adanya upaya peningkatan testing dan tracing.

Selain itu, Satgas juga mencatatkan ada peningkatan jumlah pasien COVID-19 yang sembuh. Pada minggu terakhir angkanya naik menjadi 89,46 persen.

DKI Jakarta juga telah mencapai testing yang jumlahnya 12 kali lipat dari target World Health Organization (WHO) dalam seminggu. Pada pelaksanaannya, 87 persen tes ini dilakukan suspek, probable dan kontak erat yang memberikan dampak positif pada pencegahan penularan. 

Sementara untuk angka ketersediaan rumah sakit, terjadi penurunan namun belum signifikan. Data Satgas menunjukkan ketersediaan ruang ICU pada minggu terakhir dari 84,5 persen turun menjadi 84,01 persen.

Dari hasil koordinasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta menyatakan jumlah bed isolasi ICU per harinya memang fluktuatif. Hal ini tergantung kondisi dan data pelaporan dari rumah sakit dengan kisaran ketersediaan tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) 75 persen hingga 80 persen.

"Namun, DKI Jakarta masih perlu upaya lebih keras lagi meningkatkan kualitas pelayanan untuk menekan angka BOR dibawah standar, yaitu 70 persen," ungkap Wiku.

Selain DKI Jakarta, Satgas Penanganan COVID-19 juga mengamati kondisi terkini di Jawa Barat. Kata Wiku, tren kasus aktif terlihat fluktuatif.

"Minggu terakhir naik dari 17,18 persen menjadi 20,74 persen. Sama halnya dengan tren kesembuhan, yang tampak fluktuatif dan Minggu terakhir memperlihatkan penurunan dari 81,61 persen menjadi 77,98 persen. Untuk kematian per 31 Januari 2021, angkanya mencapai 1,29 persen," ungkapnya.

Selanjutnya untuk angka tingkat keterisian tempat tidur dapat ditekan secara konsisten dan menyentuh angka 69,52 persen atau dibawah target parameter nasional yaitu 70 persen. 

Meski begitu, berdasarkan hasil koordinasi dengan Pemprov Jawa Barat, selama dua pekan terakhir ini kasus COVID-19 mengalami lonjakan tertinggi pada 30 Januari lalu dengan penambahan sebesar 4.601 kasus positif terdiri 2.859 kasus baru dan 1.742 kasus lama. 

Sehingga, upaya yang perlu dilakukan adalah penguatan puskesmas melalui penempatan tim kolaborasi inter profesi, pemberdayaan masyarakat dan keterlibatan multi sektor untuk peningkatan kapasitas 3T, penerapan protokol kesehatan, penyiapan vaksinasi dan melanjutkan pelayanan kesehatan esensial di Puskesmas. 

Dengan seluruh data yang sudah dipaparkan tersebut, Wiku menyebut pembatasan kegiatan di DKI Jakarta dan Jawa Barat menunjukkan hasil di beberapa indikator tapi belum bisa dikatakan berhasil. 

"Karena ukuran keberhasilan, ialah jika suatu provinsi dapat keluar dari empat indikator parameter nasional yang ditetapkan selama empat minggu berturut-turut," tegasnya.

"Kita dapat belajar dari keunggulan pihak lain untuk dapat ditiru maupun menjadi kekurangan yang bisa dicegah. Data sederhana ini mencerminkan pentingnya komunikasi yang terjalin antara komponen pemerintah pusat dan daerah, maupun daerah dan daerah untuk sama-sama saling membantu jika menemui kesulitan," pungkasnya.