Bagikan:

JAKARTA - Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) menyebut pemilu bisa dilihat dari tiga sudut pandang. Sudut pandang utama, pemilu adalah peristiwa politik.

Hal ini diungkapkan Hasyim dalam acara Doa Bersama Pemilu Damai 2024 yang turut dihadiri oleh Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian, Hakim Mahkamah Konstitusi Wahiddudin Adams, Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid, Ketua Badan Pengawas Pemilu Rahmat Bagja, Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar, dan sejumlah perwakilan partai politik.

"Yang biasa memang kita pahami adalah pemilu sebagai peristiwa politik. Pemilu dalam rangka untuk pengisian jabatan kenegaraan melalui kompetisi yang sehat, demokratis," kata Hasyim di Bentara Budaya Jakarta, Kamis, 31 Agustus.

Sudut pandang kedua, menurut Hasyim, pemilu bisa dilihat sebagai sebuah peristiwa ekonomi. Dalam artian, penyelenggaraan pemilu melibatkan banyak orang yang terlibat, sehingga muncul kontribusi ekonomi di dalamnya.

(Foto: tangkapan layar YouTube KPU RI)

Ketiga, Hasyim melihat pemilu sebagai peristiwa kebudayaan. Berdasarkan diskusinya bersama budayawan Sujiwo Tedjo, mereka sepakat pemilu bisa dianggap sebagai permainan.

"Pemilu dan Pilkada ini kayak main catur, kayak main bola, main pingpong, main gaple. Yang main itu-itu aja. Kalah, nanti tanding Lagi. Kalah lagi, nanti tanding lagi," ungkap Hasyim.

"Eggak ada cerita kalah (lalu) ngambek, Itu nggak ada. Pasti abis itu, ketemu temennya, pengen ngulangi lagi permainan-permainan itu," lanjutnya.

Di sisi lain, Hasyim juga menekankan bahwa proses penyelenggaraan pemilu, bagaimanapun hasilnya, merupakan kehendak tuhan. Sehingga, kegiatan berdoa untuk kesuksesan pemilu menjadi penting.

"Yang namanya bertanding dalam pemilu demokratis kan hasilnya tak bisa diprediksi. Makanya, selain bertanding, berkompetisi juga penting untuk berdoa supaya nyambung dengan suara langit," imbuhnya.