Pedagang Demo Tolak RS COVID-19 di Area Mal Cito Surabaya
Penghuni dan pedagang menolak RS COVID-19 di Mal Cito Surabaya (AM Sby/VOI)

Bagikan:

SURABAYA - Sejumlah orang tergabung dalam Perkumpulan Penghuni Pemilik dan Pedagang Cito (P4) protes pendirian RS di area Mal Cito, Surabaya. Para pendemo terdiri dari pemilik apartemen dan pedagang di Mal Cito. 

Mereka menggelar aksi di koridor antara bangunan tenan-tenan yang berada di dalam mal Cito. Poster-poster bernada tuntutan mereka acungkan. Di antaranya bertulisan 'Kami Menolak RS COVID-19 di Kawasan Mall Cito', 'Tolak RS COVID di Area Mall Cito', dan lainnya.

"Intinya kami menolak RS rujukan covid-19 di area mal," kata Sekretaris P4, M. Yazid Mualim, saat aksi penolakan di koridor Mal Cito Surabaya, Jawa Timur, pada Rabu, 3 Februari. 

Yazid menjelaskan, kawasan Cito yang berlokasu di Bundaran Waru sisi Surabaya terdiri dari tiga bagian, yaitu apartemen, pusat perbelanjaan, dan sekarang yang baru akan buka RS Siloam. Anggota P4 baru mengetahui akan dibukanya RS Siloam setelah membaca berita di media. 

Yazid mengaku P4 belum menerima informasi apapun soal pembukaan rumah sakit tersebut, baik dari manajemen RS Siloam maupun Pemerintah Kota Surabaya. Karena itu pihaknya kaget begitu mendengar informasi bakal dibukanya RS Siloam di kawasan yang dikenal dengan pusat perbelanjaan itu. 

Yazid menuturkan, penghuni apartemen dan pedagang di mal Cito khawatir ketika RS Siloam beroperasi justru membuat pengunjung khawatir, sehingga pusat perbelanjaan di kawasan Surabaya Selatan itu sepi. Apalagi, kata dia, RS tersebut juga akan dijadikan rumah sakit rujukan pasien covid-19.

Karena itulah menurut Yazid penghuni apartemen dan pedagang di Cito resah. 

Penghuni dan pedagang menolak RS COVID-19 di Mal Cito Surabaya (AM Sby/VOI)

"Banyak yang mencari nafkah dan berbelanja (di Cito), kok, mau didirikan rumah sakit rujukan COVID. Jelas ini membuat keresahan. Walau pun rumah sakit belum beroperasi, customer enggak mau ke sini," ujarnya. 

Anggota P4, lanjut Yazid, beraksi bukan berharap diperhatikan atau memperoleh kompensasi. Mereka beraksi memang karena khawatir adanya rumah sakit membuat pengunjung ogah berbelanja di Cito. Karena itu Yazid menegaskan P4 tetap menolak keberadaan RS Siloam di Cito. "Kami tetap menolak," ujarnya.

Sebelumnya, Head of Public Relations Siloam Danang Kemayan Jati menuturkan secara fisik RS Siloam Cito sudah dipersiapkan sejak tahun 2014. Saat ini fasilitasnya sudah lengkap dan siap beroperasi. Sesuai arahan Menkes, sebagian kamar di rumah sakit tersebut nantinya akan digunakan untuk perawatan pasien COVID-19. 

Meski berada di kawasan Cito, Danang menegaskan bahwa manajemen, fasilitas, akses, dan sistem pembuangan limbah medis  RS Siloam terpisah dari pusat perbelanjaan dan apartemen. 

"RS ini secara fisik semua sudah siap untuk dibuka, dan sudah siap operasional dengan 185 tempat tidur (TT) dengan jumlah ICU 15 TT. Jika diijinkan kami akan buka dalam waktu 10 hari dengan 105 TT di fase pertama," katanya dalam keterangan tertulis diterima pada Minggu, 31 Januari.