JAKARTA - Jack Ma, pendiri Alibaba mempercayai bahwa wabah COVID-19 di China bisa memberikan peluang bagi para wirausahawan agar memperlengkapi diri dan mempersiapkan untuk kemajuan yang lebih baik ketika wabah sudah mereda.
Sebelumnya, wabah SARS pada 2003 pun mendorong Alibaba untuk meluncurkan Taobao, sebuah situs belanja online yang paling populer di China. Ketika itu, negara tersebut tengah diisolasi selama wabah nasional sindrom pernapasan akut yang parah atau dikenal dengan SARS. Saat ini, Taobao menjadi situs web e-commerce terbesar di dunia.
Sementara, Jack Ma yang juga berinvestasi di Hupan College di Hangzhou itu mengatakan kepada para mahasiswanya untuk menemukan arah di tengah krisis dan perubahan yang sedang melanda negara tirai bambu tersebut.
"Renungkan apa yang benar-benar Anda inginkan, apa yang Anda miliki dan apa yang Anda harus menyerah dan patuhi," ungkap Ma dalam sebuah video kuliahnya di Hupan College, Hangzhou seperti dikutip dari South China Morning Post, Minggu 23 Februari.
BACA JUGA:
Tak luput, Ma juga mengingatkan para mahasiswanya agar belajar metode kerja digital dan mengadopsi lebih banyak teknologi internet. Untuk itu, Ma tetap optimis bahwa wabah COVID-19 ini akan cepat mereda di seluruh dunia.
Pemerintah setempat pun telah melarang operasi bisnis di puluhan kota yang berada di China, juga memaksa penduduknya untuk tinggal di rumah dan menghindari berpergian ke luar rumah.
"Dengan syarat keselamatan dan pencegahan coronavirus, dipastikan perusahaan yang disetujui (oleh pihak berwenang) harus memulihkan produksi dengan cepat, atau melakukannya dengan mantap," imbuh Ma.
Diketahui sebelumnya, untuk membantu para ilmuwan mengembangkan dan menemukan vaksin COVID-19, Jack Ma telah mendonasikan 100 juta yuan atau sekitar Rp190 miliar melalui yayasannya.
Sementara itu, tak hanya Jack Ma yang melihat sisi positif wabah COVID-19 di China, menurut sebuah laporan Ars Technica, dampak positif tersebut bisa dilihat dari berkurangnya polusi udara. Di mana kehadiran virus tersebut mampu menurunkan kadar CO2 sebanyak 100 juta ton dalam dua minggu.
Penurunan kadar CO2 itu tidak luput dari pemberhentian operasi seluruh pabrik di wilayah China. Tak sedikit pabrik yang ditutup sementara demi mencegah penyebaran virus ini. Selain itu, pembatasan perjalanan udara pun menekan angka kadar CO2 juga. Diketahui, sektor transportasi publik maupun pribadi turut menyumbang dalam menciptakan emisi CO2.
Pemantauan satelit pun mengungkapkan level NO2 di China turun drastis hingga 39 persen dalam dua minggu terakhir, jika dibandingkan tahun lalu. Sebenarnya, hal ini menjadi berita baik bagi mereka yang memiliki infeksi pernapasan, sebab NO2 adalah penyebab penyakit paru-paru dan kematian dini akibat emisi diesel yang memakan korban 38.000.
Di balik dampak positif ini, tidak sebanding dengan dampak negatifnya, di mana keluarga, sanak saudara juga teman pun banyak yang menjadi korban dari wabah COVID-19, bahkan para tenaga medis termasuk dokter pun turut menjadi korban.
Informasi lebih lanjut, saat ini angka kematian akibat COVID-19 tercatat 2.120 orang, sementara yang terinfeksi mencapai 75.291 orang. Adapun jumlah pasien yang dinyatakan sembuh mengalami peningkatan yakni 14.452 orang di China.