Bagikan:

JAKARTA - Ketua DPP PDIP Said Abdullah merespons nama koalisi pendukung Prabowo Subianto yang diubah menjadi Koalisi Indonesia Maju. Said mengatakan, pihaknya menghormati nama koalisi yang mirip dengan nama kabinet pemerintahan Jokowi itu.  

"Karena ini menyangkut bagian partisipan dalam kontestasi bahwa bapak Prabowo menamakan koalisinya Indonesia maju, kita hormati," ujar Said di Gedung DPR, Selasa, 29 Agustus. 

Namun, lanjutnya, penamaan Indonesia Maju juga sama seperti tagline bakal capres PDIP, Ganjar Pranowo. Bahkan, kalimat tersebut sudah dipakai partainya sejak awal Agustus lalu. 

"Namun pada saat yang sama, bersama Ganjar Pranowo bergerak cepat Indonesia Maju, tagline kami sudah sejak awal Agustus. Kalau sekarang ada Koalisi Indonesia maju, ya mari kita berlomba-lomba untuk Indonesia agar lebih maju lagi," kata Said. 

"Kami gerak cepat Indonesia maju. Itu yang ada di berbagai baliho di seantero Indonesia dan kawan-kawan sebagian sudah menerima kiriman baliho-baliho," sambungnya. 

Menyoal Koalisi Indonesia Maju seperti koalisi bentukan Jokowi, Said enggan berspekulasi. Dia menilai positif pemberian nama tersebut agar menjadi dalam bagi bangsa Indonesia. 

"Kita kan memang dari sisi PDIP dan partai seiring fokusnya ke depan kalau melihat bonus demografi yang didengung-dengungkan oleh bapak presiden maka mau tidak mau Indonesia memang harus maju, tidak ada tawar menawar. Kalau tidak, kita akan ketinggalan kereta, tertinggal di landasan," jelas Said. 

"Landasannya sama presiden sudah disiapkan, tinggal mari adu visi adu program mana yang lebih membumi, dan siapa yang bisa mengeksekusi program program yang diutarakan setiap kontestan," imbuhnya. 

Sesuai tagline 'gerak cepat', menurut Said, estafet kepemimpinan pasti akan diberikan ke pemimpin yang lebih muda. Hal itu, kata dia, bisa dilihat dari sejarah pergantian presiden RI.  

"Tentu dalam hal ini kalau bicara soal gerak cepat, keberanian, nyali, dan sebagainya, perlu diingat yang namanya estafet kepemimpinan itu kalau kita melihat dari bung Karno dari pak Harto, kecuali pak Habibie, dari pak Habibie ke bu Mega, bu Mega ke Gus Dur, presiden Abdurahman Wahid, kemudian pak SBY selalu usianya kepada yang lebih muda," kata Said.