JAKARTA - Sari, pakaian tradisional yang melambangkan kehormatan, keanggunan, dan keanekaragaman budaya, memiliki sejarah yang kaya selama berabad-abad dan memamerkan kesenian India.
Asal-usul Sari terkait dengan evolusi peradaban, perdagangan, dan interaksi pengaruh budaya yang rumit.
Dilansir TimesofIndia, yang dikutip Antara Minggu 20 Agustus, waktu pasti munculnya Sari sulit untuk ditentukan, namun akarnya dapat ditelusuri kembali ke India kuno, yakni sejak 2800-1800 sebelum masehi (SM), atau selama peradaban kuno Lembah Indus, yang sekarang merupakan wilayah Pakistan dan India barat.
Penggalian Lembah Indus telah menghasilkan pahatan dan arca yang menggambarkan kain terbungkus yang sangat mirip dengan Sari modern. Penggambaran awal ini mengungkapkan pakaian yang melilit tubuh, menonjolkan kecanggihan teknik tekstil India kuno.
Sejarah
Saat sejarah India terungkap, di situ lah evolusi Sari terjadi. Periode Veda (1500-500 SM) membawa perubahan gaya pakaian, dengan mengacu pada kain tanpa jahitan yang dikenakan oleh wanita. Istilah “Sari" sendiri diyakini berasal dari kata Sansekerta “Sattika", yang merujuk pada sehelai kain yang dililitkan di tubuh.
Ini menandai awal dari Sari seperti yang kita kenal sekarang, ditandai dengan bentuknya yang tidak dijahit dan kain yang serbaguna. Selama berabad-abad, berbagai dinasti dan kerajaan, seperti Maurya, Gupta, dan Mughal, berkontribusi pada perkembangan sari dengan memengaruhi gaya desain, kain, dan polanya.
Periode Mughal, khususnya, memainkan peran penting dalam membentuk estetika Sari. Mughal memperkenalkan sulaman rumit, kain mewah seperti sutra, dan perpaduan elemen desain Persia dan India, melahirkan gaya ikonik yang dikenal sebagai karya "zari" atau "zardozi". Pada periode ini sari tidak hanya menjadi pakaian fungsional tetapi juga kanvas sebagai ekspresi artistik.
Saat rute perdagangan meluas dan interaksi budaya berkembang, pengaruh Sari melampaui batas. Itu menemukan jalannya ke berbagai daerah di India, masing-masing memberi garmen dengan rasa yang berbeda. Gaya India bagian Gujarati, misalnya, memamerkan warna-warna cerah dan karya cermin, sedangkan gaya Bengali menekankan tekstur yang kaya dan batas hiasan.
Evolusi
Sari juga berevolusi untuk mengakomodasi perubahan peran perempuan dalam masyarakat. Selama era kolonial, ketika pengaruh Inggris merasuki budaya India, sari mulai dilihat sebagai simbol tradisi dan perlawanan.
Wanita India, yang dipimpin oleh tokoh-tokoh seperti Rani Laxmi Bai dan Sarojini Naidu, menggunakan sari sebagai simbol kebanggaan dan persatuan nasional dalam perjuangan kemerdekaan mereka.
Di India pasca-kemerdekaan, Sari terus berkembang, beradaptasi dengan perubahan gaya hidup dan preferensi wanita modern saat ini.
Para desainer mulai bereksperimen dengan kain, cetakan, dan gaya pola, memunculkan interpretasi inovatif dari garmen klasik. Daya pikat Sari dipamerkan di landasan pacu global, memikat penonton internasional dan mengukuhkan statusnya sebagai mahakarya budaya.
Hari ini, Sari lebih dari sekedar sepotong pakaian; itu adalah bukti hidup akan warisan, keahlian, dan keragaman India yang kaya. Dari sari sutra yang mewah di India Selatan hingga keajaiban alat tenun tangan yang berwarna-warni di Utara, sari mencerminkan banyak cerita yang dijalin ke dalam kainnya.
Sementara gaya pola tradisional bertahan, wanita kontemporer juga merangkul perpaduan gaya lama dan baru, bereksperimen dengan cara-cara inovatif untuk menggantungkan dan menata sari untuk berbagai acara.
Perjalanan sari dari Peradaban Lembah Indus kuno ke bentuk kontemporernya merupakan bukti daya tarik dan daya adaptasinya yang abadi. Itu telah melewati gelombang waktu, memadukan tradisi dengan modernitas dan melambangkan esensi budaya India.
Dengan setiap lipatan, Sari menjalin kisah evolusi, ketangguhan, dan keanggunan abadi yang terus memikat hati di seluruh dunia.