Kisah Sukses Penyandang Disabilitas di Surabaya Kembangkan Koperasi Syariah Rusunawa Pertama
Selain membuka jasa pijat, Karjono juga aktif dalam kegiatan koperasi (AM Sby/VOI)

Bagikan:

SURABAYA - Selain membuka jasa pijat, Karjono juga aktif dalam kegiatan koperasi. Bahkan, penyandang disabilitas tunanetra ini merupakan salah satu penggagas dan pendiri koperasi syariah rusunawa pertama di Kota Surabaya. 

Karena kegigihannya itu, Karjono pun sukses mengembangkan koperasi dan memiliki anggota lebih dari 100 orang. Saat ditemui di kediamannya di Rusunawa Siwalankerto Surabaya, Karjono menunjukkan "Koperasi Syariah Al-Muhajirin Siwalankerto Sejahtera" yang ada di lokasi rusun milik Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya itu. 

Ayah lima anak ini pun dipercaya menjadi Ketua Harian di koperasi tersebut. Sedangkan Ketua Umumnya adalah Imam Besari yang juga Ketua Takmir Musala di rusunawa. 

"Ini merupakan koperasi syariah yang pertama dan masih satu-satunya koperasi syariah di Rusunawa Surabaya," kata Karjono, saat ditemui di koperasi Rusunawa Siwalankerto Surabaya, Selasa, 2 Februari 2021

Karjono pun bercerita awal dibentuknya koperasi ini. Saat itu ia bersama Imam Besari ingin mendirikan koperasi di rusunawa. Dengan harapan, warga di rusunawa ekonominya lebih sejahtera bersama melalui adanya koperasi.

"Dulu kami untuk merintisnya tahun 2017 ke 2018 itu hanya dua orang saja, saya dengan Pak Imam Besari. Kemudian baru (warga rusun) yang lain mulai ikut," kata dia.

Meski demikian, Karjono mengakui awal terbentuknya koperasi ini tidaklah mudah. Sebab, untuk mengajak warga agar mau bergabung menjadi anggota serta meyakinkan mereka untuk saling percaya bukanlah pekerjaan mudah.

Namun, dengan ketekunan dan kegigihan Karjono, lambat laun warga di rusunawa satu persatu mulai bergabung menjadi anggota koperasi.

"Dulu awal simpanan wajib tiap bulan kami tetapkan Rp10 ribu per orang. Nah, akhirnya ada 20 orang bergabung sehingga kemudian terkumpul uang Rp200 ribu," katanya.

Namun, karena syarat pembentukan badan hukum koperasi modal awalnya Rp15 juta, sehingga Karjono bersama rekannya masih harus memikirkan hal tersebut.

Dari dana Rp200 ribu yang terkumpul itu, Karjono kemudian menulis surat kepada Wali Kota Surabaya untuk pengajuan bantuan Rp20 juta, dengan rincian Rp15 juta sebagai modal awal dan Rp5 juta sebagai biaya notaris untuk legalitas koperasi.

"Kami menyampaikan keinginan kami waktu itu kepada Ibu Risma. Ternyata Ibu Risma luar biasa, beliau langsung merespons keinginan kami untuk membentuk koperasi ini dan itu benar-benar dibuktikan, termasuk modal awal dari beliau dulu dibantu Rp20 juta," kata Karjono.

Tepat di tanggal 30 Mei 2019, akhirnya "Koperasi Syariah Al-Muhajirin Siwalankerto Sejahtera" memiliki legalitas resmi. Dengan bantuan dana Rp20 juta dari Pemkot Surabaya itu, Karjono gunakan sebagai modal awal pembentukan koperasi.

"Alhamdulillah lagi ada notaris di Surabaya itu kami dibantu, dibebaskan biaya urus legalitasnya. Sehingga uang Rp5 juta yang rencana digunakan untuk biaya notaris itu utuh, kita putar untuk modal (Toko Kelontong)," ujarnya.

 Dalam manajemen pengelolaan koperasi, Karjono mengaku, selama ini pihaknya juga didampingi Dinas Koperasi dan Usaha Mikro (Dinkopum) Surabaya. Setiap dua pekan sekali, tim dari Dinkopum datang untuk memberikan pendampingan. Seperti membantu terkait pembukuan koperasi hingga stok barang.

"Kami didampingi setiap dua minggu sekali tim dari sana (Dinkopum) ke sini. Termasuk saat mengadakan RAT (Rapat Anggota Tahunan) yang pertama di bulan November 2020 kemarin kami juga diarahkan. Karena badan hukum kami di tahun 2019, sedangkan awal 2020 masa pandemi sehingga RAT-nya diundur bulan November 2020," terangnya.

Selain membuka jasa pijat, Karjono juga aktif dalam kegiatan koperasi.

Seiring berjalannya waktu, koperasi yang digagas Karjono bersama rekannya kini telah memiliki aset sekitar Rp100 juta lebih, baik berupa uang cas maupun barang di Toko Kelontong. Bahkan jumlah anggota di koperasi ini telah mencapai 130 orang, mayoritas para anggota koperasi merupakan warga Rusunawa Siwalankerto.

"Ini kami lakukan karena kami ingin menjaga kestabilan usaha. Karena misi kami adalah mempersatukan. Kami punya prinsip sapu lidi, bagaimana agar sapu lidi kecil-kecil itu disatukan sehingga menjadi satu kekuatan ekonomi," ujarnya.

Karjono berharap ke depan rusunawa dapat menjadi konsep one spot center. Di mana rusunawa tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal, tapi di situ juga ada kestabilan, serta ada pengendalian atau kerjasama dalam hal perekonomian.

"Kami berharap warga rusunawa lebih sejahtera. Mudah-mudahan nanti semua warga rusun bisa memiliki rumah sendiri-sendiri. Sehingga rusun ini bisa segera kami tinggalkan dan rusun ini bisa ditempati oleh warga Surabaya lainnya yang membutuhkan atau belum memiliki rumah," kata dia.