Presiden Lukashenko Sebut Putin Tidak Mendorong Belarusia Ikut Perang di Ukraina, Tapi akan Selalu Bantu Rusia
Presiden Vladimir Putin bersama Presiden Alexander Lukashenko. (Wikimedia Commons/Пресс-служба Президента России)

Bagikan:

JAKARTA - Presiden Rusia Vladimir Putin tidak berusaha mendorong Belarusia untuk ikut berperang di Ukraina, kata Presiden Alexander Lukashenko, kendati akan selalu membantu Rusia.

"Melibatkan Belarusia ... apa yang akan diberikan? Tidak ada," kata Presiden Lukashenko, salah satu sekutu terdekat Presiden Putin, yang negaranya berbatasan dengan Ukraina, Rusia dan tiga negara NATO termasuk Polandia, melansir Reuters 18 Agustus.

"Jika Anda orang Ukraina tidak melintasi perbatasan kami, kami tidak akan pernah berpartisipasi dalam perang ini. Dalam perang panas ini. Namun kami akan selalu membantu Rusia, mereka adalah sekutu kami," ujarnya dalam wawancara dengan Diana Panchenko, seorang jurnalis Ukraina yang pro-Rusia.

Presiden Lukashenko juga mengatakan, Ia yakin Presiden Putin telah mencapai tujuannya dalam apa yang disebut Rusia sebagai "operasi militer khusus" di Ukraina, mengatakan bahwa kedua belah pihak harus duduk di meja perundingan dan siap untuk mendiskusikan semua masalah, termasuk masa depan Krimea dan wilayah Ukraina lainnya yang diklaim oleh Moskow.

"Tujuan-tujuannya (Rusia) telah terpenuhi hingga saat ini. Ukraina tidak akan pernah bersikap begitu agresif terhadap Rusia setelah perang ini berakhir, seperti yang terjadi sebelum perang," ujar Presiden Lukashenko.

"Negosiasi harus dimulai tanpa prasyarat. Ini adalah hal klasik dalam diplomasi. Saya pikir begitu. Kita harus duduk di meja perundingan dan mendiskusikan semuanya. Dan Krimea, dan Kherson, Zaporozhye, Donetsk, dan Lugansk. Semua yang ada di sana perlu didiskusikan," paparnya.

Diketahui, Presiden Putin mengatakan Rusia harus mengirim puluhan ribu tentara ke Ukraina tahun lalu untuk melindungi keamanannya sendiri dan keamanan penduduk asli Rusia, terutama di Ukraina timur, dari apa yang dia katakan sebagai "neo-Nazi" dan ultra-nasionalis yang berkuasa di Kyiv.

Sementara, Ukraina dan sekutu-sekutu Baratnya mengatakan hal itu tidak masuk akal, menganggap invasi Rusia sebagai perampasan tanah ala kekaisaran.

Kendati demikian, Presiden Lukashenko memperingatkan Belarus akan merespons jika terjadi agresi eksternal, termasuk melalui penggunaan senjata nuklir yang ditempatkan Moskow di wilayahnya.

"Hanya ada satu ancaman - agresi terhadap negara kami. Jika agresi terhadap negara kami dimulai dari Polandia, Lithuania, Latvia, kami akan langsung merespons dengan semua yang kami miliki," tegasnya.

"Terhadap Ukraina, jika mereka melakukan agresi terhadap kami, tidak hanya senjata nuklir yang akan digunakan. Kami memiliki sesuatu selain senjata nuklir. Dan kami tidak akan memperingatkan Anda jika Anda melewati garis merah, kami akan menyerang pusat-pusat pengambilan keputusan. Ini akan dilakukan tanpa peringatan," tandasnya.