Mengenal Sejarah Paskibraka dan Susunan Formasinya, Dibentuk Sejak Tahun 1946
Paskibraka (Youtube Sekretariat Presiden)

Bagikan:

YOGYAKARTA - Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) memiliki peran penting dalam prosesi Upacara Hari Kemerdekaan Indonesia. Paskibraka bertugas mengibarkan dan menurunkan bendera sang Saka Merah Putih saat upacara yang digelar setiap 17 Agustus. Lantas seperti apa sejarah Paskibraka yang sudah dibentuk sejak tahun 1946?

Pada acara upacara perngatan Hari Kemerdekaan, anggota Paskibraka terdiri dari 68 individu yang terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu Kelompok 17, Kelompok 8, dan Kelompok 45. Anggota Paskibraka dipilih dari kalangan siswa SMA/SMK di seluruh Indonesia. Proses seleksinya dilakukan dengan ketat dan berjenjang, dimulai dari tingkat sekolah hingga nasional.

Untuk memahami pentingnya peran dan tugas Pasukan Pengibar Bendera Pusaka, maka perlu mengetahui sejarah Paskibraka. 

Sejarah Paskibraka

Pembentukan Paskibraka pertama kali dilakukan menjelang perayaan HUT ke-2 Republik Indonesia, yakni pada 17 Agustus 1946. Gagasan mengenai Paskibraka muncul dari kepala Mayor Husein Mutahar, yang saat itu menjabat sebagai ajudan Presiden Soekarno. Ia dipercaya mengemban tugas awal untuk mengatur upacara bendera di Istana Presiden Gedung Agung, Yogyakarta.

Saat itu masih negeri masih dalam kondisi darurat, sehingga Mayor Mutahar hanya memilih lima pemuda dari perwakilan daerah di Yogyakarta untuk melaksanakan pengibaran bendera pusaka. Kelompok pemuda tersebut terdiri dari tiga wanita dan dua pria.

Asal-usul nama Paskibraka awalnya adalah Pasukan Pengerek Bendera Pusaka. Nama ini dipertahankan hingga tahun 1972, sebelum akhirnya berubah menjadi Paskibraka (Pasukan Pengibar Bendera Pusaka) pada tahun 1973.

Nama Paskibraka yang digunakan hingga sekarang merupakan usulan dari Idik Sulaeman, orang kepercayaan Mayor Mutahar.  Suku kata "pas" berasal dari istilah pasukan, dan pengucapan "kibra" mengacu dari pengibar bendera, dan frasa "ka" diambil dari kata pusaka. Inilah asal-usul penyebutan Pasukan Pengibar Bendera Pusaka yang kemudian disingkat menjadi Paskibraka.

Formasi dalam Paskibraka

Pada tahun 1967, Presiden Soekarno memanggil Direktur Jenderal Urusan Pemuda dan Pramuka Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Husein Mutahar untuk mengambil alih tugas pengibaran Bendera Pusaka. 

Pada saat itu, Husein Mutahar dan Idik Sulaeman menyusun rumusan barisan Paskibraka dengan formasi 17-8-45 yang diambil dari tanggal kemerdekaan Indonesia. Sejak saat itu, formasi pasukan pengibaran terdiri dari tiga kelompok, yakni:

  • Kelompok 17 

Kelompok 17 berada di posisi paling depan yang bertugas sebagai pemandu dan pengiring pasukan. 

  • Kelompok 8 

Posisi kelompok 8 berada di belakang kelompok 17. Kelompok 8 memiliki peran sebagai pasukan inti dan pembawa serta mengibarkan bendera merah putih. 

  • Kelompok 45 

Kelompok 45 berada di posisi paling belakang yang bertugas sebagai pengawal/pengaman kehormatan dengan fungsi simbolis.

Rencana awalnya dalam pembentukan anggota Paskibraka kelompok 45 (pengawal), berupaya memilih para mahasiswa AKABRI (Angkatan Muda ABRI) tetapi rencana ini tidak dapat dijalankan. Alternatif lain yang kemudian diusulkan yakni melibatkan anggota pasukan khusus ABRI (seperti RPKAD, PGT, KKO, dan Brimob), namun juga tidak terlaksana dengan mudah. 

Akhirnya keputusan pembentukan anggota Paskibraka memilih dari Pasukan Pengawal Presiden (PASWALPRES), karena mereka lebih mudah dihubungi dan beroperasi di lingkungan Istana Kepresidenan Jakarta.  

Barulah pada tanggal 17 Agustus 1968, tugas mengibarkan bendera pusaka diemban oleh pemuda-pemuda perwakilan dari berbagai provinsi. Namun, karena belum semua provinsi mengirimkan perwakilannya, maka jumlah personel masih harus ditambah dengan eks-anggota pasukan dari tahun sebelumnya, yaitu tahun 1967.

Demikianlah sejarah Paskibraka yang memiliki peran penting dalam upacara HUT Kemerdekaan RI setiap 17 Agustus. Para anggota Paskibraka tidak hanya bertugas mengibarkan dan menurunkan bendera merah putih, namun juga harus menjunjung tinggi nilai-nilai kebangsaan, cinta tanah air, dan rela berkorban demi bangsa dan negara. 

Ikuti terus berita terkini dalam negeri dan luar negeri lainnya di VOI . Kamu menghadirkan terbaru dan terupdate nasional maupun internasional.