JAKARTA - Raja Kamboja Borodom Sihamoni menyetujui pencalonan Hun Manet sebagai perdana menteri, menggantikan petahana yang juga sang ayah Hun Sen pada Hari Senin, mengukuhkan peralihan kekuasaan yang telah lama dinanti-nantikan oleh salah satu pemimpin terlama di dunia.
Dekret yang mendukung jenderal angkatan darat berusia 45 tahun, Hun Manet, membutuhkan persetujuan Majelis Nasional, yang akan didominasi oleh Partai Rakyat Kamboja (CPP) yang berkuasa setelah kemenangan telak dalam pemilihan umum pada tanggal 23 Juli lalu.
Dekret ini pertama kali diunggah di saluran Telegram Perdana Menteri Hun Sen, mantan gerilyawan Khmer Merah yang telah berkuasa selama hampir empat dekade di negara yang sedang berubah dengan cepat dari perang dan kemiskinan selama beberapa dekade.
Para analis telah lama memperkirakan Hun Sen akan mengambil peran kunci CPP, untuk melindungi putranya dari persaingan internal dan memungkinkannya untuk mendapatkan legitimasi di antara publik dan jaringan kekuasaan
Hun Sen merinci catatan panjang pengabdiannya pada Hari Senin, menjelaskan bahwa ia akan bertahan lebih lama.
"Saya akan terus menjabat di posisi lain setidaknya sampai 2033," katanya, melansir Reuters 7 Agustus.
"Terima kasih, istriku tercinta, karena telah membesarkan anak 'yang malang' ini di masa-masa sulit sehingga dia bisa menjadi pemimpin tertinggi negara saat ini," lanjutnya.
Sementara itu, badan legislatif diperkirakan akan bertemu pada 22 Agustus untuk memberikan suara menyetujui Hun Manet, yang belum memberikan petunjuk tentang visinya untuk Kamboja beserta 16 juta penduduknya.
Berbeda dengan ayahnya yang tidak memiliki pendidikan formal, Hun Manet belajar di Amerika Serikat dan Inggris, di mana ia menerima gelar master dan doktor, keduanya di bidang ekonomi.
BACA JUGA:
Dia juga merupakan lulusan akademi militer West Point yang bergengsi di Amerika Serikat. Hun Manet pernah menjabat sebagai wakil panglima Angkatan Bersenjata Kamboja, kepala Angkatan Bersenjata dan wakil kepala unit pengawal ayahnya.
Transisi ini akan diawasi dengan ketat, untuk mengetahui apakah Hun Manet mempertahankan status quo otoriter ayahnya, atau mengejar demokrasi yang lebih liberal dengan hubungan yang lebih dekat dengan Barat, setelah bertahun-tahun berada di bawah pengaruh investor terbesar, China.
Diketahui, Pemilu terbaru Kamboja dicemooh sebagai palsu oleh kelompok-kelompok hak asasi manusia, dikritik oleh Amerika Serikat karena tidak bebas dan tidak adil, setelah sebuah partai oposisi dilarang mencalonkan diri.