Bagikan:

JAKARTA - Atensi Ketua DPR Puan Maharani terhadap kemajuan TNI dinilai dapat menambah kekuatan untuk komponen utama sistem pertahanan negara itu. Saat menyaksikan latihan gabungan (Latgab) TNI, Puan menekankan pentingnya TNI bersiap dengan era penggunaan Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan.

"Atensi dan dukungan Ketua DPR terhadap penggunaan AI dan teknologi tinggi oleh TNI patut diapresiasi. Bagaimanapun juga, pemanfaatan teknologi tinggi dalam akusisi alutsista memang sudah menjadi keharusan," kata Pengamat Pertahanan dan Keamanan, Anton Aliabbas, Selasa 1 Agustus.

Ditambahkannya, penggunaan AI di militer akan sangat diperlukan seperti pemanfaatan dalam sektor pengumpulan data intelijen. Penggunaan AI oleh militer pun saat ini sudah dimanfaatkan banyak negara, termasuk strategis dalam menghadapi konflik.

Seperti yang dilakukan militer Amerika Serikat, di mana sebuah drone nirsenjata bernama Global Hawk melakukan pemantauan di atas Laut China Selatan. Pemantauan tersebut disetujui oleh Singapura yang merupakan mitra kerja sama keamanan AS.

Diketahui, Global Hawk ditugaskan mengirimkan setiap rekaman gambar intelijen akan aktivitas negara lain di sekitar Laut China Selatan (LCS) yang saat ini masih diperebutkan oleh China dan sejumlah negara di Asia Tenggara. Untuk itu, kata Anton, TNI memang sudah harus memasuki wilayah AI mengingat Indonesia juga terlibat dalam urusan LCS.

"Teknologi tinggi seperti AI dan persenjataan nirawak merupakan bagian dari game changer dalam tata kelola pertahanan modern,” ucap Dosen dari Universitas Paramadina ini.

Sebagai pimpinan lembaga legislatif yang memiliki kewenangan dalam legislasi dan anggaran negara, Puan disebut memiliki kapasitas untuk mendukung kemajuan teknologi TNI. Langkah DPR mendukung penggunaan AI dalam bidang militer penting karena teknologi kecerdasan buatan akan meminimalisir bahaya dan ancaman terhadap keamanan negara.

“Memang sudah sepatutnya Mbak Puan memberikan atensi tersebut kepada TNI. DPR sudah mulai bersiap bahwa AI dibutuhkan untuk masa depan. Dengan penerapan yang bijaksana, AI akan sangat bermanfaat bagi militer demi melindungi negara dan para prajurit kita," tutur Anton.

Kepala Center for Intermestic and Diplomatic Engagement (CIDE) ini pun mengutip pernyataan Presiden Rusia Vladimir Putin yang menyatakan bahwa kecerdasan buatan adalah masa depan untuk seluruh umat manusia dan siapapun yang bisa memimpin di bidang ini akan menjadi penguasa dunia. Menurut Anton, Indonesia harus ambil bagian apalagi militer Indonesia cukup diakui kehebatannya di kalangan internasional.

"Jika negara kuat seperti Rusia dan Amerika Serikat mulai serius memandang jauh dari pemanfaatan AI dalam bidang pertahanan, kenapa Indonesia tidak bisa. Militer kita diakui dunia menjadi salah satu yang terbaik, dengan ditambah AI bukan tidak mungkin TNI akan semakin disegani oleh dunia," paparnya.

Presiden Amerika Serikat Joe Biden menginvestasikan sekitar $6 miliar ke dalam proyek penelitian terkait AI. Pengembangan AI nantinya sangat penting di berbagai bidang seperti sumber daya manusia, sektor publik, perawatan medis, dan bahkan di bidang militer.

Untuk itu, Anton berharap agar DPR mendorong Pemerintah untuk memfokuskan pengembangan AI sebagai dukungan sistem ketahanan negara. Tentunya didukung dengan alokasi anggaran yang didiskusikan bersama DPR.

"Puan hendaknya juga dapat mengarahkan atensi DPR untuk mengingatkan Pemerintah mengatur kembali distribusi alokasi anggaran pertahanan sehingga tidak besar porsinya pada belanja rutin dan pegawai, melainkan belanja modal," imbau Anton.

Salah satu yang perlu dikembangkan dalam sistem ketahanan negara terkait AI adalah bagaimana menciptakan sebuah teknologi yang akan menunjang keberhasilan dalam setiap pengambilan keputusan strategis. Anton menyebut hal tersebut dapat dimanfaatkan untuk menunjang strategi pada sistem pertahanan Indonesia.

"Pemanfaatan teknologi tinggi termasuk AI tentu saja tidak hanya bisa dimanfaatkan untuk persenjataan militer semata, tetapi juga dapat membantu proses pengambilan keputusan strategis yang lebih cepat," ucapnya.

"Sejauh ini, AI belum maksimal dimanfaatkan dalam konteks proses pengambilan keputusan strategis, yang diharapkan akan sangat membantu dalam memperkirakan potensi ke depan saat proses pengambilan keputusan," imbuh Anton.

Sebelumnya saat menyaksikan proses latihan gabungan (Latgab) TNI 2023, Puan menyinggung soal perkembangan teknologi AI dalam perang. Puan bersama jajaran petinggi TNI dan menyaksikan Latgab TNI dari atas KRI dr Radjiman Wedyodiningrat-992 yang berada di sekitar perairan Jawa Timur.

Dalam Latgab tersebut, Puan menyaksikan simulasi penembakan senjata strategis dari beberapa kapal TNI. Ia pun mengingatkan agar TNI bersiap dengan penggunaan AI atau kecerdasan buatan di bidang militer, khususnya untuk tugas-tugas yang dianggap terlalu berbahaya untuk dikerjakan manusia.

"Sebagai negara yang memiliki pasukan militer terbaik, TNI harus bisa mengalokasikan lebih banyak ilmu pengetahuan untuk mempelajari AI yang bertujuan untuk mendampingi sistem pertahanan negara kita. TNI harus siap dengan era Artificial Intelligence,” kata Puan, Senin (31/7).

"Dengan penerapan yang bijaksana dan transparan, AI dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat bagi militer dalam melindungi negara dan meningkatkan keamanan global," sambung perempuan pertama yang menjabat Ketua DPR.

Puan menyebut, TNI sebagai alat pertahanan negara memiliki peran krusial dalam menghadapi berbagai bentuk ancaman baik dari dalam dan luar negeri terhadap kedaulatan, keutuhan wilayah dan keselamatan bangsa. Selain itu, TNI juga memiliki peran penting sebagai garda terdepan dalam pemulihan terhadap kondisi keamanan negara yang terganggu akibat kekacauan keamanan.

“Seperti kata pepatah latin 'si vis pacem para bellum' yang bermakna apabila mendambakan perdamaian maka harus siap berperang, tentunya hal tersebut memiliki arti yang sangat penting dalam latihan kali ini," ujar Puan.