JAKARTA - Komunikolog Indonesia menyambut baik sambutan Presiden Jokowi dalam acara Harlah PKB di Solo, 23 Juli. "Betul sekali kata Presiden. Para Capres-cawapresnya sering ketemu-ketemu bercanda minum kopi, sementara rakyatnya berkelahi tidak karu-karuan di medsos," tutur Suko Widodo, Koordinator Asosiasi Komunikolog Indonesia dalam keterangan tertulis yang diterima VOI, Rabu, 26 Juli.
Effendi Gazali, peneliti komunikasi politik dari Salemba School sependapat dengan Suko. "Ya, tapi kita harus sama-sama introspeksi apa penyebab utamanya. Salah satunya, saya yakin Ambang Batas Pengajuan Capres atau Presidential Threshold. Di seluruh dunia, dimana ada pemilu serentak, ya hanya di Indonesia ada Ambang Batas Pengajuan Capres," kata Effendi.
Sementara itu, Welnaldi, Komunikolog LSPR menyatakan sebaiknya semua hal menimbulkan keteduhan. "Dijaga betul seluruh yang bisa bikin riak-riak ditunda dulu," ujarnya.
Hasrullah, komunikolog Universitas Hasanuddin, menambahkan penggantian pejabat yang tidak jelas ujung pangkal atau manfaatnya sebaiknya ditangguhkan. Hasrulah menyatakan: "Kan Presiden (Jokowi) sudah ingin pemilu yang tenang ya seluruh menterinya ikutan tenanglah."
BACA JUGA:
Salah satu hal yang diwanti-wanti Suko Widodo adalah rencana penggantian Direktur Utama Pertamina, yang belum apa-apa sudah menimbulkan riuh-rendah.
Emrus Sihombing komunikolog Pelita Harapan menyatakan: "Menteri BUMN sebaiknya pikir-pikir dua kali sebelum gonta-ganti pejabat. Kalau yang lama masih bagus, dan yang mau masuk pernah menimbulkan konflik, ya ditahan sajalah dulu. Tunggu saja sampai selesai pemilu," usul tuntas Emrus.