BALI - Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Distan Pangan) Provinsi Bali menjelaskan soal adanya sapi yang terinfeksi rabies di Jembrana, Bali.
Kepala Distan dan Pangan Bali I Wayan Sunada mengatakan virus rabies atau disebut juga Lyssavirus tak hanya dapat menyerang manusia. Hewan pembawa virus itu hewan berdarah dingin, seperti anjing, kucing, dan kera.
“Apabila hewan terinfeksi rabies ini menggigit manusia termasuk juga hewan digigit, itu juga akan tertular itu namanya zoonosis pasti akan tertular,” kata di Denpasar, Bali, Rabu 19 Juli, disitat Antara.
Wayan melanjutkan, virus rabies yang menginfeksi manusia maupun hewan itu lama masa inkubasinya 2-8 minggu.
Dia menjelaskan, hewan terinfeksi rabies akan mengalami gejala yang sama, seperti takut dengan sinar matahari, takut dengan air, takut keramaian dan sering bersembunyi.
“Sapi yang terinfeksi rabies di Jembrana kan mengamuk, artinya sudah kena penyakit anjing gila dia ikut gila yang digigit itu. Baik itu sapi, babi, manusia dan binatang lain yang digigit pasti akan terinfeksi,” ujar Sunada.
Akibat temuan satu sapi terinfeksi rabies hingga mati di Kabupaten Jembrana. Distan Pangan Bali pun mengimbau agar peternak waspada rabies terhadap hewan-hewan peliharaan.
BACA JUGA:
Dari catatannya saja, sepanjang tahun ini sudah ada 19 ribu gigitan oleh hewan penular rabies di Bali, di mana sebanyak empat orang meninggal dunia akibat positif rabies.
“Kita sudah kerja keras, target kita 2024 manusia atau orang yang meninggal disebabkan oleh anjing sudah tidak ada lagi dan vaksin kita cukup karena tadi malam datang sekitar 60 ribu dosis,” kata dia.
Selain itu, dijadwalkan pula pengiriman bantuan 200 ribu dosis vaksin rabies bantuan dari Australia, sehingga hingga kini persentase pemberian vaksin rabies sudah lebih dari 59,24 persen dari total 600 ribu ekor anjing.
Selain anjing, hewan penular rabies seperti kera juga harus diwaspadai lantaran sempat ditemukan kera positif rabies di Tabanan.
“Harapan saya kepada masyarakat kalau ada keluarganya tergigit anjing, kera, kucing agar dapat divaksin. Kalau kera yang sudah divaksin itu kera milik warga, kalau di obyek wisata kita batasi anjing berinteraksi dengan kera, kalau ada anjing berkeliaran langsung dibawa keluar atau dieliminasi,” pungkasnya.