Ekonomi dan Investasi jadi Klaster Besar Merosotnya CPI Indonesia, KPK: Beban Bagi Bangsa
Gedung KPK (ANTARA)

Bagikan:

JAKARTA - Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Nurul Ghufron menyebut, turunnya indeks persepsi korupsi atau corruption perception indeks (CPI) di Indonesia hingga 3 poin harusnya menjadi beban bagi semua pihak tanpa terkecuali.

Alasannya, indeks persepsi yang dijadikan indikator menyinggung tiga klaster besar yaitu sektor ekonomi dan investasi, penegakan hukum, serta politik dan demokrasi. 

"Dan dari tiga klaster besar ini sebenarnya dari Transparansi International penegakan hukum dalam tindak pidana korupsi sebenarnya relatif naik tapi dari sektor lain yaitu ekonomi dan investasi, politik dan demokrasi yang turun," kata Ghufron dalam kegiatan Peluncuran Indeks Persepsi Korupsi 2020 yang ditayangkan di akun Facebook Transparency Indonesia International, Kamis, 28 Januari.

Sehingga, berkaca dari hal ini semua pihaknya harusnya bisa berperan untuk meningkatkan indeks persepsi ke depan.

"KPK menggambarkan bahwa korupsi itu bukan hanya beban KPK, penegak hukum lainnya tetapi sesungguhnya beban bangsa, kita semua," tegasnya.

Lebih lanjut dia memaparkan korupsi ini juga melanggar dua aspek hak asasi manusia. Pertama, adalah hak ases terhadap keuangan publik.

Kedua, adalah hak asasi sosial politik yang akhirnya menyebabkan orang bisa saja tak mendapatkan pelayanan publik yang adil.

"Oleh karena itu, tentunya KPK memahami ini dan KPK tidak bisa berdiri sendiri. Karena sektor ekonomi dan investasi itu, dan sektor politik dan demokrasi itu adalah sayap yang tidak kemudian mampu ditopang KPK sendirian," ungkapnya.

"Ini yang sekali lagi KPK menyadari bahwa momen ini kembali lagi ke kita. Bahwa korupsi bukan hanya sekadar tanggung jawab KPK tetapi beban kita semua yang bergerak di sektor apapun. Di sektor pelayanan publik, sektor politik dan demokrasi, sektor penegakkan hukum, hingga sektor ekonomi," imbuh dia.

Diberitakan sebelumnya, Transparency International Indonesia (TII) merilis Indeks Persepsi Korupsi atau Corruption Perception Index (CPI). Berdasarkan penelitian mereka, Indonesia mengalami penurunan skor hingga 3 poin dibanding 2019 lalu dan kalah dari Malaysia serta Timor Leste.

Pada 2020 ini, Indonesia mengantongi skor indeks persepsi 37 poin. Sementara pada 2019 lalu, skor indeks persepsi berjumlah 40 poin. 

"CPI Indonesia tahun 2020 kita berada pada skor 37 dengan rangking 102. Skor ini turun tiga poin dari 2019," kata Wawan dalam pemaparan secara daring yang ditayangkan di akun Facebook Transparency International Indonesia, Kamis, 28 Januari.

Dia kemudian memaparkan di wilayah Asia Tenggara, dengan skor ini Indonesia berada di tingkat kelima. Adapun di peringkat satu ditempati oleh Singapura dengan skor 85.

Selanjutnya, pada peringkat dua terdapat Brunei Darussalam dengan skor 60, Malaysia dengan skor 51 dan Timor Leste 40.

Kemudian di peringkat keenam terdapat Vietnam dengan skor indeks persepsi 36,  Thailand dengan skor 26, Filipina dengan skor 34 dan Laos dengan skor 29. Myanmar dengan skor 28 dan paling buncit adalah Kamboja dengan skor 21.

Sementara dengan 180 negara yang ada di dunia dan masuk ke dalam penelitian yang dilakukan oleh TII, Indonesia memiliki skor yang sama dengan Gambia.