Bagikan:

JAKARTA - Indonesia memiliki harapan yang tinggi untuk menjadi katalisator dalam membangun harmoni keberagaman dunia melalui x. Hal ini disampaikan Deputi Bidang Pengembangan Pemuda Asrorun Ni'am Sholeh saat menjadi panelis pada diskusi tingkat tinggi bersama delegasi negara anggota OIC-CA di Auditorium 22 Dzulhijjah, Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris (UINSI) Samarinda, Kalimantan Timur, awal pekan silam.

"Indonesia diharapkan bisa menjadi katalisator dalam membangun harmoni di tengah keberagaman," kata Asrorun Ni'am.

Menurutnya, keberagaman di dunia ini benar adanya. Sehingga harus dirawat dengan cara yang baik agar dijauhkan dari potensi perpecahan dan untuk dijadikan kekuatan dalam membangun peradaban lebih baik.

"Keragaman itu nyata dan kalau tidak dikelola dengan baik bisa menjadi benih pertentangan dan permusuhan. Tetapi, sebaliknya jika dikelola dengan baik ini akan menjadi integrator kita sebagai bangsa," tambahnya.

Keberagaman untuk Pembangunan

Salah satu agenda OIC-CA 2023 ini adalah membicarakan tentang keberagaman dan cara pengelolaannya untuk kepentingan membangun peradaban yang lebih baik di masa depan.

"Saya sampaikan beberapa hal tentang aspek normatif keberbedaan yang merupakan pemberian Tuhan dan bagaimana kita mengelola agar keberbedaan itu menjadi sebuah kekuatan sebagai modal sosial untuk kepentingan kebaikan di masa depan," urai Asrorun Ni'am Sholeh.

Dari aspek sejarah Indonesia lanjutnya, perbedaan itu nyata. Tetapi Indonesia memiliki khazanah yang bisa dioptimalkan untuk mengelola perbedaan itu menjadi sebuah kekuatan yang disebut dengan filosofi Bhineka Tunggal Ika.

"Dalam konteks ke-Islaman kita juga memiliki sejarah panjang terkait dengan komitmen membangun kebersamaan di tengah keragaman, bahkan isu soal komitmen ini menjadi salah satu pesan penting yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW saat haji Wada," tuturnya.

Kemenpora memberikan pengalaman baik dalam mengelola perbedaan itu baik di tingkat regional, nasional maupun internasional. "Di tingkat nasional, Kemenpora menfasilitasi pertemuan anak-anak muda dari berbagai provinsi dalam projek bersama yang namanya PPAP ini sudah kali kedua," jelasnya.

"Kemudian di tingkat Asean, Indonesia didalam pertemuan SOMY mengusulkan dan menetapkan Indonesia sebagai tuan rumah permanen dalam kegiatan Asean Youth Interfaith Camp (AIYC) yang sudah berjalan empat tahun, di mana para pemimpin muda agama Asean bertemu membangun kerja sama, dialog soal toleransi, inklusivitas dan kerjasama," pungkas Asrorun Ni'am Sholeh.