JAKARTA - Ketua DPR Puan Maharani menyambut baik dikembalikannya 472 artefak bersejarah ke Indonesia oleh Pemerintah Belanda. Ia menekankan, seluruh peninggalan sejarah bangsa dan negara yang berada di negara lain harus dikembalikan ke tanah air.
"Sudah seharusnya peninggalan sejarah kembali ke ibu pertiwi. Ini merupakan warisan yang harus kita jaga dan perjuangkan bersama, agar anak cucu kita nanti bisa melihat bagaimana sejarah bangsa ini terbentuk," kata Puan, Senin 10 Juli.
Sebanyak 472 benda bersejarah yang dikembalikan Belanda itu terdiri atas 355 harta karun Lombok, 4 patung Singasari, 1 keris Klungkung, dan 132 koleksi Pita Maha berwujud karya-karya seni. Pengembalian benda-benda bersejarah tersebut berlangsung di Museum Volkenkunde, Kota Leiden, Belanda, di mana Indonesia diwakili oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan-Riset dan Pendidikan Tinggi (Kemendikbud Riset-Dikti), Hilmar Farid.
Puan pun mengingatkan agar barang-barang historis yang dikembalikan ke Indonesia dipelihara dengan baik.
“Jaga dan rawat barang-barang peninggalan sejarah yang kembali ke tanah air dengan semaksimal mungkin di museum-museum dalam negeri. Jangan hanya diminta untuk dikembalikan, tapi tidak dipelihara,” pinta Puan.
Puan mengapresiasi niat baik Pemerintah Belanda yang akhirnya mengembalikan harta karun milik Indonesia. Ini merupakan kedua kalinya peninggalan sejarah era kolonial Belanda tersebut dikembalikan.
Pada tahun 1977, Pemerintah Belanda mengembalikan 235 artefak yang sebagiannya merupakan rampasan Belanda saat Perang Lombok tahun 1894. Benda-benda yang dikembalikan antara lain keris, benda pusaka dan kitab Negarakertagama.
"Saya mengapresiasi nait baik yang terus dilakukan oleh Pemerintah Belanda. Ini juga menunjukan hubungan kedua negara terjalin dengan sangat erat. Ini juga menjadi bukti kita telah mengesampingkan historis ke belakang," ungkap Puan.
BACA JUGA:
Dengan dikembalikannya harta karun Indonesia oleh Belanda ini, mantan Menko PMK itu juga mendorong Pemerintah untuk terus mengumpulkan peninggalan sejarah Indonesia lainnya. Salah satunya, menurut Puan, kerangka manusia purba Jawa yang ditemukan oleh paleoantropolog Belanda Eugene Dubois di sekitar Jawa Timur pada periode 1890-an.
“Langkah persuasi harus terus dikedepankan supaya kita bisa mendapatkan bukti peradaban kehidupan masa lalu bangsa kita,” tuturnya.
"Saya terus mendorong setiap langkah yang dilakukan Pemerintah dalam mengumpulkan benda-benda bersejarah yang masih ada di negara lain. Benda bersejarah yang akan dikembalikan adalah bukti khazanah kekayaan budaya yang ada di nusantara," lanjut Puan.
Saat ini kerangka manusia purba tersebut masih disimpan di museum Pusat Keragaman Hayati di Kota Leiden. Namun Belanda masih enggan menyerahkan dengan alasan manusia purba Jawa tak akan ditemukan tanpa inisiatif dan jasa Dubois.
Meski begitu, DPR menghargai upaya Pemerintah Belanda yang terus menerus menunjukkan itikad baik kepada bangsa Indonesia. Selain lewat pengembalian barang-barang bersejarah itu, Pemerintah Belanda beberapa waktu lalu juga telah mengakui Hari Kemerdekaan Indonesia jatuh pada 17 Agustus 1945.
Sebelumnya, Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia bukan tanggal 17 Agustus 1945 melainkan pada 27 Desember 1945 berdasarkan Perjanjian Roem-Van Roijen. Puan berharap rangkaian itikad baik dari Belanda semakin mempererat hubungan kedua negara.
"Niat baik yang terus dilakukan Belanda akan memiliki dampak bagi kerja sama Indonesia dan Belanda serta meningkatkan hubungan diplomatik yang berlandaskan asas kekeluargaan," jelasnya.
Puan menilai kedekatan Indonesia dengan Belanda merupakan keniscayaan. Hal ini dipicu oleh fakta bahwa Indonesia dan Belanda terikat secara historis dan budaya.
"Hubungan Indonesia-Belanda sejak dulu telah memasuki beberapa fase yang akhirnya dalam beberapa tahun terakhir semakin banyak warga Indonesia dan Belanda yang menyadari persamaan budaya dan sejarah yang bisa saling mempersatukan," sebut Puan.
Selain itu, menurut Cucu Proklamator RI Bung Karno ini, banyak warga Indonesia dan Belanda menemukan bahwa mereka memiliki jejak nenek moyang yang sama. Puan menyoroti bagaimana banyak warga Indonesia yang memiliki leluhur dari Belanda melalui pernikahan campuran atau ikatan keluarga yang terjalin selama masa penjajahan.
Demikian pula tak sedikit warga Belanda menemukan jejak leluhur dari Indonesia melalui kolonisasi dan kontak budaya yang terjalin selama berabad-abad. Menurut Puan, fenomena seperti ini seharusnya dimanfaatkan untuk sesuatu hal yang positif.
"Hubungan yang semakin erat antara sebagian. warga Indonesia dan Belanda berkat nenek moyang yang sama menandai langkah positif dalam membangun pemahaman dan kerjasama lintas budaya," paparnya.