Tiga Penembakan Massal Terpisah Tewaskan 10 Orang Jelang HUT Kemerdekaan AS, Presiden Biden: Tidak Masuk Akal
Presiden AS Joe Biden. (Twitter/@POTUS)

Bagikan:

JAKARTA - Penembakan massal kembali mengguncang Amerika Serikat jelang hari ulang tahun kemerdekaan negara itu, menewaskan 10 orang dan melukai 40 lainnya dalam peristiwa terpisah di Philadelphia, Baltimore dan Fort Worth, Texas.

Di Fort Worth, tiga orang tewas dan delapan lainnya luka-luka dalam penembakan massal menyusul festival lokal untuk menandai liburan Hari Kemerdekaan AS yang diperingati setiap 4 Juli, kata polisi pada Selasa.

Dalam insiden penembakan massal terpisah di Philadelphia pada Senin malam, lima orang tewas dan dua lainnya luka-luka, termasuk dua anak laki-laki berusia 2 tahun dan 13 tahun, keduanya ditembak di kaki, ketika seorang tersangka mengenakan pelindung tubuh dan bersenjata AR-15 menembaki orang-orang, menurut polisi setempat.

Penembakan Senin malam terjadi sehari setelah dua orang ditembak mati dan 28 lainnya terluka, sekitar setengah dari mereka adalah anak-anak, dalam hujan tembakan di pesta blok lingkungan luar ruangan di Baltimore.

Motif dalam ketiga penembakan baru-baru ini masih belum jelas.

Presiden AS Joe Biden mengutuk kekerasan tersebut, mengulangi seruannya untuk memperketat undang-undang senjata Amerika yang longgar.

"Bangsa kita sekali lagi mengalami gelombang penembakan yang tragis dan tidak masuk akal," kata presiden dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada Hari Selasa, melansir Reuters 5 Juli.

Presiden Biden juga meminta anggota parlemen dari Partai Republik "untuk membahas reformasi undang-undang senjata yang masuk akal dan bermanfaat."

Mengutip perlindungan konstitusional untuk kepemilikan senjata, Partai Republik di Kongres umumnya memblokir upaya untuk mereformasi undang-undang keamanan senjata secara signifikan, menentang usulan Presiden Biden untuk mengaktifkan kembali larangan senjata serbu.

Terpisah, pejabat Philadelphia memohon kepada anggota parlemen negara bagian dan federal untuk bertindak.

"Kami memohon Kongres untuk melindungi kehidupan dan melakukan sesuatu tentang masalah senjata Amerika," Wali Kota Philadelphia Jim Kenney mengatakan pada konferensi pers.

Sementara, jaksa distrik kota Larry Krasner meminta anggota parlemen Negara Bagian Philadelphia untuk "undang-undang yang masuk akal" dari aturan sejenis yang ditemukan di negara tetangga New Jersey dan Delaware.

"Beberapa undang-undang itu mungkin membuat perbedaan di sini," ujar Krasner dalam pengarahan yang sama.

Sementara itu, kepolisian Philadelphia mengatakan tersangka adalah seorang pria berusia 40 tahun yang memiliki senapan semi-otomatis AR-15 dan pistol 9 mm, serta mengenakan pelindung tubuh dan topeng ski. Korban tewas berkisar antara usia 15 hingga 59 tahun.

Komisaris Polisi Philadelphia Danielle Outlaw mengatakan kepada wartawan, penembak bertindak "dengan sengaja," dan Krasner bersumpah untuk mengajukan berbagai tuduhan pembunuhan dan pelanggaran lainnya pada sidang pengadilan pertama pelaku pada hari Rabu.

Di Fort Worth, kepolisian setempat mengatakan belum ada penangkapan yang dilakukan terkait penembakan yang terjadi.

"Kami tidak tahu apakah ini terkait rumah tangga, apakah terkait geng. Masih terlalu dini untuk mengatakannya pada saat ini," kata Shawn Murray, seorang pejabat senior kepolisian setempat.

Sementara itu di Baltimore, polisi mengatakan sedang mencari beberapa tersangka.

Penembakan terbaru terjadi sekitar peringatan penembakan massal Highland Park tahun lalu di dekat Chicago, di mana tujuh orang tewas dan 48 lainnya luka-luka pada parade Hari Kemerdekaan.

Diketahui, Amerika Serikat telah berjuang dengan sejumlah besar penembakan massal dan insiden kekerasan senjata. Ada lebih dari 340 penembakan massal sejauh ini sepanjang tahun 2023 di negara tersebut, menurut data yang dikumpulkan oleh Gun Violence Archive, yang mendefinisikan penembakan massal sebagai insiden di mana setidaknya empat orang ditembak, tidak termasuk penembaknya.