Bagikan:

JAKARTA - Polda Papua bakal mengirim sampel DNA 6 korban insiden jatuhnya pesawat Gran Caravan milik Semuwa Air (SAM) ke Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Mabes Polri di Jakarta. Tujuannya, untuk proses identifikasi lebih lanjut.

"Dengan kondisi jenazah tersebut, Tim DVI akan mengirimkan sampel DNA berupa darah dan gigi ke Puslabfor Mabes Polri untuk identifikasi," ujar Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Dokkes) Polda Papua Kombes Nariyana, dalam keterangannya, Rabu, 28 Juni.

Setelah dikirim, Puslabfor Polri akan memulai proses identifikasi. Diperikirakan waktu yang dibutuhkan sekitar 2 pekan.

Untuk saat ini, proses identifikasi terhadap para korban tidak hanya dilakukan oleh Tim DVI Bid Dokkes Polda Papua, tetapi juga dibantu oleh Tim Inafis Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Papua.

Tak dipungkiri, proses identifikasi cukup sulit. Sebab, kondisi jenazah terbakar dan sebagian tubuh ada yang tidak utuh.

Sementara data antemortem para korban belum seluruhnya didapat. Dari enam korban, masih ada keluarga satu jenazah yang belum memberi kabar.

“Dilihat dari kasus yang dialami para korban, kemungkinan kami akan melakukan proses identifikasi secara primer yakni meliputi sidik jari, lalu gigi dan DNA, atau yang biasa disebut Post Mortem, namun sebelum itu dilakukan, kami memulai dengan proses pelabelan serta pendataan terlebih dahulu,” kata Nariyana.

Sebelumnya, tim sudah mengevakuasi semua jenazah korban dalam insiden kecelakaan itu ke titik penjemputan.

Dalam prosesnya, tim sempat kesulitan melakukan evakuasi terhadap korban kecelakaan mengingat medan yang terjal, pepohonan yang rapat serta kendala cuaca.

"Pada jam 12.54 WIT info dari lapangan bahwa semua korban telah terisi ke dalam kantong jenazah dan diangkat dari titik pesawat ke tempat droping atau penjemputan," kata Henri.

Pesawat PK-SMW milik Samuwa Air, Jumat, 23 Juni pagi, mengalami kecelakaan dalam penerbangan Elelim-Poik dengan membawa empat orang penumpang, yaitu Bartolomeus (34), Ebeth Halerohon (29), Dormina Halerohon (17), Kilimputni (20) dengan pilot Hari Permadi dan co-pilot Levi Murib.