JAKARTA - Penggunaan rokok elektronik di Indonesia terus meningkat karena iklan dan promosi yang marak. Produsen tidak segan-segan mencantumkan nama ahli kesehatan agar masyarakat lebih percaya.
Padahal, menurut peneliti Asosiasi Pengendalian Tembakau Asia Tenggara (SEATCA) Mouhamad Bigwanto, banyak informasi yang tidak tepat tentang rokok elektronik yang beredar di masyarakat.
Misalnya, produk yang lebih aman dan dapat membantu untuk berhenti merokok.
"Tidak jarang, informasi tersebut disebarluaskan dengan mengutip nama ahli kesehatan dan itu berhasil membuat masyarakat percaya. Tidak jarang nama ahli kesehatan yang menolak rokok konvensional, mereka kemas sedemikian rupa menjadi seolah-olah mendukung rokok elektronik," jelas Bigwanto dilansir Antara, Selasa, 26 Januari.
Dia menambahkan, konsumen penikmat paling tinggi kehadiran rokok elektrik adalah kaum remaja karena dipengaruhi strategi iklan yang tepat. Perusahan rokok elektrik berhasil membangun citra positif hampir di semua aspek, seperti inovasi, lebih aman, peluang investasi, industri 4.0, dan sebagainya.
BACA JUGA:
"Citra positif tersebut menjadi jebakan bagi pemerintah untuk melegalkan produk tersebut dengan mengenakan cukai, tetapi sayang tidak disertai dengan aturan ketat," tuturnya.
Peningkatan penggunaan rokok elektronik juga didukung dengan lingkungan yang mendukung di Indonesia karena tidak ada aturan yang melarang.
"Ketiadaan aturan yang bertahun-tahun membuat masalah ini menjadi semakin berat," ujarnya.