Efektivitas Vaksin Kembali Dipertanyakan setelah AS Temukan Kasus Pertama Varian Baru COVID-19 Brasil
Ilustrasi foto Gedung Putih (Andy Feliciotti/Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Para ilmuwan kembali dibuat khawatir dengan adanya varian baru COVID-19 di AS. Varian baru itu ditemukan baru-baru ini pada seorang pasien yang melakukan perjalanan dari Brasil. Kasus pasien ini adalah kasus varian P.1 pertama yang diketahui mencapai AS.

P.1 adalah satu dari empat varian yang diawasi ketat oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC). "Munculnya varian ini menimbulkan kekhawatiran tentang potensi peningkatan penularan atau kecenderungan infeksi ulang SARS-CoV-2 pada individu," kata CDC lewat situs resminya.

Mengutip CNN, Selasa, 26 Januari, P.1 adalah varian paling umum dari virus yang terdeteksi dalam gelombang kasus yang terjadi di dan sekitar Manaus, kota terbesar di wilayah Amazonas, negara nagian terbesar di Brasil. Namun tidak ada bukti bahwa varian itu menyebabkan penyakit yang lebih parah.

Varian lain, pertama kali ditemukan di Inggris, juga diketahui lebih mudah menular. CDC telah memeringatkan bahwa AS dapat mengalami "pertumbuhan cepat" dalam penyebaran varian baru virus corona asal Inggris pada awal 2021.

Varian baru yang diberi nama B.1.1.7 ini telah terdeteksi di 24 negara bagian AS. Kemungkinan realistis adalah B.1.1.7 bisa lebih mematikan daripada varian lain, kata sebuah laporan Inggris.

Jenis lain, pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan (Afsel). Munculnya varian baru di Afsel mengkhawatirkan karena para ilmuwan mengatakan vaksin COVID-19 saat ini mungkin tidak efektif melawannya. Varian baru asal Afsel telah ditemukan di lebih dari 20 negara lain, meskipun belum terdeteksi di AS.

Optimisme Moderna

Di tengah munculnya berbagai varian baru virus corona, kekhwatiran lain muncul bahwa vaksin yang tersedia sekarang tidak mampu melawan strain baru. Namun Moderna yakin vaksin buatannya mujarab.

Pihak Moderna mengatakan dua dosis vaksin "diharapkan dapat melindungi terhadap strain baru yang terdeteksi hingga saat ini," kata pembuat vaksin tersebut. Tak ada dampak signifikan pada efektivitas vaksin terhadap strain yang pertama kali ditemukan di Inggris.

Tetapi mungkin ada efektivitas yang agak kurang terhadap strain yang pertama kali terdeteksi di Afsel. "Kemanjuran mungkin sedikit berkurang, tetapi mungkin masih sangat efektif," kata David Montefiori, seorang ahli virologi di Duke University Medical Center. "Mudah-mudahan vaksin ini masih efektif 70-80 persen."

Moderna mengatakan sedang mengembangkan vaksin penguat COVID-19 baru untuk melindungi dari varian yang pertama kali ditemukan di Afsel. Perusahaan berencana untuk menguji vaksin di laboratorium dan dalam uji klinis Fase 1 kecil di AS.

Kandidat vaksin COVID-19, Johnson & Johnson sedang diuji di Brasil, Afsel, dan AS. Hasilnya mungkin memberi wawasan tentang seberapa baik kerjanya melawan varian baru yang muncul.

Salah satu pengembangnya mengatakan kepada koresponden medis senior CNN, Dr. Sanjay Gupta. Perusahaan telah mengatakanmereka dapat membagikan data ujicoba Fase 3 paling cepat minggu ini.

"Ini akan memberi kami wawasan tidak hanya apakah kandidat vaksin ini efektif atau tidak, tetapi juga akan memberi kami wawasan apakah varian yang menyebar di Afsel mungkin menjadi masalah bagi vaksin," kata Dr. Dan Barouch, yang merupakan direktur Center for Virology and Vaccine Research di Beth Israel Deaconess Medical Center dan Harvard Medical School.