Bagikan:

JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau seluruh pemerintah daerah (pemda) mulai mengambil langkah antisipatif terhadap daerah yang berpotensi mengalami kekeringan akibat fenomena El Nino puncaknya pada Agustus 2023.

“El Nino itu fenomena penyimpangan di Samudera Pasifik, perilakunya berbeda dari biasa. Sayangnya, perilakunya tidak selalu sama setiap tahun, kadang lebih hangat dari normalnya, kadang lebih dingin suhunya,” kata Koordinator Bidang Analisis Variabilitas Iklim BMKG Supari dikutip ANTARA, Rabu 21 Juni.

Supari menuturkan El Nino adalah fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normalnya yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah, sehingga meningkatkan potensi pertumbuhan awan dan mengurangi curah hujan di wilayah Indonesia yang memicu kekeringan.

Normalnya, kata dia, suhu lautan itu ada di kisaran 26-30 derajat Celsius. Dalam ilmu iklim dianggap sebagai sebuah sistem, maka ketika suhu laut berubah, atmosfernya akan berubah dan itu yang menyebabkan iklim di Indonesia berubah.

Ia mengatakan peluang El Nino mulai terjadi di Indonesia menguat menjadi 80 persen pada Juni dan puncaknya Agustus. Karena itu semua pihak harus mengambil mengantisipasi kekeringan, terutama pemda yang potensi curah hujan dengan kategori rendah.

Untuk itu Supari meminta masyarakat mulai melakukan penghematan penggunaan air dalam beraktivitas sehari-hari. Sedangkan pemda diharapkan mulai mengoptimalkan fungsi infrastruktur sumber daya air untuk memastikan keandalan operasional waduk, embung, kolam retensi, dan penyimpanan air buatan lainnya, untuk pengelolaan curah hujan dan penggunaan saat musim kemarau.

Langkah selanjutnya adalah mempersiapkan diri terhadap potensi adanya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) karena berkaitan dengan curah hujan kategori rendah pada musim kemarau tahun 2023.

Sebagai bentuk peringatan dini, sejak Januari 2023 BMKG sudah mengumpulkan para ahli melalui expert forum dari ITB, IPB, dan BRIN. Kemudian pada Februari mengirim surat ke Presiden bahwa La Nina 2022 sudah berakhir, lalu ada prospek terjadi El Nino pada semester kedua dan mengimbau Indonesia harus bersiap menghadapi musim kemarau.

Pada Maret, kata Suparu, BMKG bersama sejumlah kementerian/lembaga terkait sudah berkumpul untuk membahas potensi cuaca hujan di bawah normal pada sejumlah daerah. Kemudian pada April ada rapat koordinasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) dan karhutla untuk menegaskan potensi El Nino, juga berkirim surat ke gubernur terutama di provinsi prioritas yang sering terdampak.

“Kemudian 13 Juni, minggu lalu kami kirim surat kembali ke Presiden terkait perkembangan terbaru bahwa peluang El Nino menguat dan itu ditembuskan ke kementerian/lembaga terkait. Di bulan Juli, Insya Allah rencana kami akan mengadakan rakornas kesiapsiagaan menghadapi El Nino,” ujarnya.